Satu Hari Lima Pantai

MTB Touring

Solo Bike Camp Pantai di Tanah Laut

CYCLIS Radar Cycling, Taupikurahim (Uvik) menuntaskan niatnya “berkunjung” sekaligus ngecamp di beberapa destinasi wisata pantai di Tanah Laut, jelang Ramadan kemaren.

Hanya sendirian alias Solo Ride bersepeda. Berangkat pukul 08.00 Wita dari kediamannya di Sungai Andai Banjarmasin. Keberangkatan serba mendadak, bahkan persiapan packing kebutuhan ngecamp sampai menjelang berangkat pagi masih 50 persen, ditambah kegalauan antara berangkat atau tidak, karena cuaca yang tidak mendukung, hujan yang turun lumayan lebat. Belum lagi anak-anak yang cerewet karena tidak mau ditinggalkan.

Ada enam destinasi wisata pantai yang akan dituju Uvik, dalam 1 hari bersepeda, yakni pantai sungai bakau,
pantai Tabanio, pantai empat nyiur, pantai THR Papadaan, pantai Tangkisung dan terakhir pantai Kerindangan (lokasi camp).

Pistop dibagi tiga, biar sesampai di pantai atau lokasi camp tidak terlalu sore. Pertama istirahat di kawasan Gambut Kabupaten Banjar, sekalian beli snack untuk ngemil dijalan. Lima menit istirahat lanjut jalan. Kedua di kawasan Tambang Ulang Tanah Laut, lima menit istirahat melanjutkan perjalanan.

“Ketiga saya sengaja pistop di mesjid biar lama untuk istirahat, bersih bersih untuk sholat dhuha dan selesai sholat, saya langsung menuju pantai,” jelas Uvik.

Tujuan pertama pantai Sungai Bakau. Tapi infonya masyarakat sekitar, pantai Sungai Bakau rusak dampak banjir kemaren, Jadi, Uvik cuma foto-foto sebentar. Lanjut ke pantai Tabanio istirahat, ngobrol sama penjaga tiket dan foto- foto, untuk lanjut ke pantai Kerindangan.

Perjalanan dilanjutkan ke pantai THR Papadaan, Uvik sudah ditunggu penjaga tiket dan seorang ibu yang ternyata pemilik sekaligus orang tua dari Sandi, teman kantor istrinya di Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin.

Selesai ngobrol dan foto-foto, sebelum ke THR, Uvik mampir sebentar melihat keadaan pantai Nyiur Empat yang kondisinya rusak, banyak pohon tumbang terendam air dampak banjir kemaren. Lanjut ke pantai Tangkisung, sesampai disana istirahat sebentar dan jalan-jalan dan dokumentasi. Sebenarnya mau ke pantai Batakan, namun sudah memasuki sholat Ashar, akhirnya Uvik memutuskan balik ke pantai Kerindangan sebagai lokasi ngecamp.

“Sebelumnya saya rencana camp di pantai THR Papadaan namun saya batalkan,” ujarnya.

Terdengar berapa kali bunyi guntur disertai gerimis kecil dalam perjalanan ke pantai Kerindangan. Tiba di pantai Kerindangan, ibu Irma tadi senyum senyum melihat Uvik, mungkin dalam hatinya pasti kesini lagi. “Hen kada kawa jua, pasti kesini lagi pasti kerindangan,” ucap Irma lagi.

Uvik pun tertawa, sembari memarkirkan sepeda, istirahat, lepas sepatu, ngambil sendal terus rendaman, bersih – bersih di danau yang dekat dengan tenda, kemudian bergegas sholat ashar.

Setelah ashar, sambil melihat pemandangan sekitar pantai, ngobrol sesama pengunjung, ada yang berkomentar mengetahui Uvik bersepeda dari Banjarmasin termasuk rencana balik lagi ke Banjarmasin pakai sepeda. “Waduh, naik motor aja penat om,” ucap salah satu pengunjung yang mengaku asal Kapuas Kalteng.

Kemudian pengunjung tersebut, izin foto-foto di sepeda Uvik. Uvik memakai sepeda jenis touring Federal Torino. Sambil menunggu Sunset matahari terbenam, Uvik duduk di bawah pohon menunggu sunset, saat sunset muncul langsung mengabadikannya.

Malam harinya tidak banyak dilakukan Uvik, masak air, bikin kopi, goreng mie, goreng sosis, sambil ngobrol – ngobrol sama pengunjung yang juga ngcamp di sampingnya. Karena mulai kenyang, daging barbeque masih sisa disimpan untuk rencana sarapan pagi, terus rebahan dan tidur.

Pukul 04.00 Wita, usai mandi, sholat tahajud sambil nunggu sholat subuh, Uvik sambil mulai beres-beres packing barang dan lain-lain. Karena cuaca tidak bersahabat, kedengaran guntur, petir mulai memancarkan cahaya. Uvik segera sholat subuh. Angin mulai kencang, angin tambah kencang, mulai panik, Uvik pun melepas semua tas, barang yang nempel di sepeda dan dilempar ke dalam tenda, biar tenda tidak terbang ditiup angin. Sepeda juga ikut terpental, hujan badai turun sangat deras. Setelah matikan kompor, Uvik lari ke gazebo untuk berteduh, pengunjung yang lain juga berlarian, tidak sedikit tenda – tenda terbang, porak – poranda dan rusak.

Usai badai reda, Uvik segera membereskannya, semua barang langsung dimasukan ke painner. Rencana balik ke Banjarmasin pukul 06.00 Wita, akhirnya start pukul 08.00 Wita. Karena harus masuk kerja sebelum zuhur. Uvik bergegas langsung gowes pulang dan pukul 12.30 Wita tiba di rumah.

Menurut Uvik, saat bersepeda medan yang berat itu, bukan jalan yang panjang dan menanjak, melewati track yang berat dengan kerikil berbatuan, sepeda penuh dengan bawaan yang lumayan banyak dan berat, angin kencang dan curah hujan yang cukup tinggi. Melainkan, tangisan rindu kasih sayang anak yang tidak mau jauh ditinggal dari kita.

“Alhamdulillah tidak henti henti saya bersyukur karena, pertama, kegaduhan, kegalauan, mental, kesabaran yang kuat mau camp. Kedua, rezeki buat saya, dikasih makan menu kambing gulai, patin masak asam, daging dan empat pantai yang saya datangi semua free . Ketiga, misi niat awal camp solo sebelum ramadan tercapai,” pungkas Uvik. (Radar Cycling).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *