Seli Banjarmasin Tetap Pede 

All Bike Folding Bike News Roadbike

Cyclis Kalsel di Herbana Bromo KOM Challenge 2019 (Bagian kedua/habis)

DARI Puluhan cyclis Kalimantan Selatan yang mengikuti ajang bergengsi Bromo KOM Challange 2019, beberapa percaya diri turun di kelas Sepeda Lipat dan Brompton.
Tujuh cyclis turun di kelas Sepeda Lipat tersebut adalah H Charlie Manopo, Abdul Haris, Imbran, Suyanto, Sri Waluyo, Hazairin dan Muhammad ‘Odienk’ Afifuddin, serta satu cyclis atas nama Dartono Limin turun di kelas Brompton.

Delapan cyclis Kalsel mengatasnamakan Seli Banjarmasin ini bergabung dengan 101 cyclist menggunakan sepeda lipat berbagai merek dan 75 cyclist menggunakan Brompton untuk mengikuti even yang digelar, 16 Maret kemaren tersebut.

Ini bukan merasa hebat memakai sepeda dengan roda lebih kecil dibanding sepeda jenis roadbike yang memang mendominasi di ajang menanjak Bromo KOM Challenge 2019 tersebut, tapi ikut di kelas Seli dan Brompton ini bagian menguji kemampuan menaklukkan tanjakan, tentunya juga mencari sensasi rasa “sakit atau menderita” terutama saat menanjak di 25 Km terakhir menuju Wonikitri Bromo dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter.

Ya, dari beberapa edisi Bromo yang diikuti, H Charli dan kawan-kawan sudah merasakannya memakai sepeda jenis roadbike atau hybrid. Dan hasilnya, ada yang finish strong walau belum bisa menyelesaikan tantangan ini di bawah COT (cut off time) dan finish dengan “syarat” alias wajib ulang tahun depan.

“Beberapa edisi Bromo ini yang pernah kami ikuti, rata-rata sudah pernah mencoba memakai sepeda jenis roadbike. Ternyata tantangannya beda, lebih menyiksa, tapi kami tetap percaya diri,” ungkap Abdul Haris.

Imbran salah satu yang sukses finish di Bromo KOM Challange 2019 mengungkapkan rasa puasnya di even kali ini. “Dua kali saya ikut event menanjak ke Wonokitri, walaupun rasanya sangat amat menyiksa menanjak tetapi semua terbayarkan dan merasakan sensasi menanjak dengan bersepeda lipat, yang tidak dapat dilukiskan setelah mencapai finish,” ucap Imbran dengan bangga.

Satu-satunya peserta kategori Brompton, Dartono Limin mengungkapkan, bersepeda Bromo selalu asik dan menyenangkan apalagi diikuti cyclis mancanegara. Setelah dua kali berhasil finish dengan sepeda roadbike, kali ini Dartono Limin mencoba dengan sepeda lipat jenis Brompton. Baginya suatu pengalaman berbeda dengan sepeda balap atau roadbike dengan Brompton. “Speed lebih lambat sehingga lebih banyak menikmati pemandangan dan suasana setempat, merasakan elevasi tanjakan mengarah ke puncak Bromo, sensasi yang indah namun ternyata dengan sepeda lipat sangat menguras tenaga,” jelas Dartono Limin.

Menurutnya lagi prestasi yang diukir pada tahun ini adalah DNF dengan sisa jarak tempuh 8 km penuh tanjakan panjang. “Harus berlatih lebih baik dan mengenal lebih jauh lagi dengan sepeda lipat kita agar dapat menaklukkan tanjakan Bromo,” ujarnya.

Seperti diketahui lebih dari 50 Cyclis asal Kalimantan Selatan termasuk lebih dari 1.000 cyclist dari 13 negara lainnya, merasakan bagaimana “Siksaan” yang mendera mereka saat bersepeda sejauh 100 Km dari Surabaya, terutama siksaan menanjak di 25 Km terakhir mulai Pasuruan ke Wonokitri Bromo dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter.

Baik yang berhasil menuntaskan tantangan sesuai jadwal atau yang finish di bawah COT (cut off time), semua sepakat even sepeda Bromo ini memberikan pengalaman yang tidak terlupakan. Semua sama-sama masih ingin kembali tahun depan, terutama yang masih penasaran belum bisa menaklukan tanjakkan sepanjang menuju Wonikitri. Dan semua mengaku tidak kapok walau kaki menderita, akibat kram dan lain-lain.

Bagi Mailan, cyclis asal Banjarbaru, event Bromo KOM Chalange 2019 ini, event yang sangat menyenangkan, Mailan dan beberapa cyclis Kalsel lainnya bisa finish sesuai target masing- masing, tentunya bisa finish sebelum limit waktu sangat membanggakan. “Saya bisa finish sebelum target limit dari panitia event 13.30 WIB, berhasil finish pukul 12.16 WIB. Tak salah memang kalo event Bromo ini selalu dinanti oleh para cylist seluruh Indonesia,” ungkap cyclis yang ikut kategori KOM 35-39.

Menurut Mailan lagi, selain disuguhi rute yang sangat menantang dengan tanjakan sepanjang 25 Km terakhir, juga disuguhi dengan pemandangan Alam Gunung Bromo yang sangat indah.

“Harapan saya tahun depan 2020 saya dan kawan cyclis Kalsel lainnya bisa kembali mengikuti event Bromo KOM Challenge ini. Dan semoga kami semua juga dapat finish selamat sehat dan mencatat waktu finish yang lebih baik lagi,” pungkasnya.

 

Menanjak sejauh 25 Km akan menjadi sangat berat jika tidak dibekali dengan latihan dan strategi yang baik. Wajar jika hasilnya banyak sekali peserta yang gagal finish di bawah waktu yang ditentukan dan pulang tanpa medali. Tetapi ketatnya aturan tersebut justru makin menambah rasa penasaran para cyclist untuk balik lagi tahun depan membuktikan kemampuannya.(Radar Cycling).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *