Gowes ke Desa Haruyan Dayak
SAAT Gowes menyusuri jalur yang pernah dijalani tidak akan selalu sama karena biasanya jalur itu berubah, entah itu karena diperbaiki atau malah rusak karena tergerus air, yang paling parah adalah hilang karena tanah longsor.
Seperti jalur yang dialami empat sekawan Rahadi Iswanto aka Ebes, Rusmin Nuryadin aka Umin, Roni Ednedy aka Roni dan Ririn Sugianor aka Rein, saat gowes menuju Desa Haruyan Dayak, Minggu 22 Agustus 2021.
Start dari Desa Bulayak Kec. Hantakan Kab. Hulu Sungai Tengah kami menuju ke Desa Haruyan Dayak, walau jalan sekarang sudah di aspal namun tetap dominan menanjak karena sudah berada di daerah pegunungan Meratus.
Sesampainya di kampung adat Cabai, Ebes dan kawan-kawan disuguhi tanjakan panjang yang sangat menyita mental dan tenaga. Menurut Umin tanjakan ini memang sebagian sudah diaspal namun tetap panjangnya dan dibagian ujungnya sangat sulit dilewati karena masih berupa batu lepas.
“Dari puncak Papagaran kami melanjutkan perjalanan menuju kampung adat Pantai Huang dan kampung adat Bayuwana, jalur ini tak kalah menyiksa karena berupa single track dan beberapa titik tertimbun longsor sehingga jalan penghubung kedua Kampung Adat tersebut terputus dan tidak bisa dilewati kendaraan bermotor, tak ayal kami harus menggotong sepeda secara perlahan karena melewati jalan setapak bekas longsoran tanah,” ungkap Umin.
Tak lama kemudian hujan turun dengan derasnya sehingga basah kuyup dan tak ada tempat untuk berteduh, “Beberapa kali melewati jalur ini namun baru kali ini sepatu saya jebol dan tidak bisa dipakai lagi, terpaksa hanya memakai kaos kaki saja,” tutur Roni.
Setelah melewati Kampung adat Bayuwana dan tiba di Desa Datar Ajab (Kampung adat Rantau Parupuk) Rein dan kawan-kawan istirahat untuk makan dan merebus air, disamping badan juga terasa dingin karena bermandikan air hujan disekujur tubuh.
“Kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Alat dengan jalur yang bervariasi, dari tanah kuning, batu lepas dan juga paving blok, jalan sudah lebar dan dapat melihat bentangan pegunungan Meratus dari segala penjuru,” imbuh Rein.
Menghadapi tanjakan panjang sampai puncak Merona, setelahnya jalur yang dilewati dominan menurun hingga desa alat serta hingga finish di desa Bulayak. “Walau jalur sudah banyak berubah namun selalu ada keseruan yang didapat,” kata Rahadi Iswanto (Ebes).
Walau hanya 32 kilometer namun memerlukan waktu delapan jam untuk menyelesaikan gowes di daerah Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini. (Rein/Radar Cycling).
Foto – Foto : Rien for Radar Cycling