INGIN Merasakan sensasi Night Ride (NR) ? Ya, bersepeda malam hari baik track on road atau off road jadi pilihan saat di bulan Ramadan.
Cobalah bersepeda di malam hari, sensasinya pasti berbeda apalagi bila NR di track off road. Di bulan puasa goweser banyak yang memindahkan kegiatan mereka di bulan puasa menjadi bersepeda malam, baik secara individu maupun berkelompok. Biasanya setelah ibadah teraweh.
Selain melepaskan ketegangan selepas bekerja, NR juga bisa membuat tubuh Anda tetap lebih bugar karena tetap berolahraga walau bulan puasa. Dan tentunya kehebohan saat bersepeda malam yang tidak didapatkan saat bersepeda di pagi hari atau siang hari.
Bersepeda di track yang sama saat siang hari dengan bersepeda saat malam hari pasti berbeda sensasinya, walau sebenarnya jalur tracknya sama. Malam hari akan lebih extreme, apalagi bisa melalui kawasan yang jarak pandangnya gelap atau melewati kawasan yang dianggap angker. Nafas goweser pun akan sedikit berbeda dengan saat bersepeda di siang hari.
Menembus kegelapan mungkin bagi sebagian orang akan menimbulkan perasaan takut, oleh karena itu NR lebih baik dilakukan berkelompok atau group riding untuk mengurangi rasa takut.
Dari sisi persiapan NR sepeda harus dalam kondisi layak pakai apalagi bila bersepeda dalam kondisi gelap. Siapkan tools yang sesuai kebutuhan sepeda Anda. Dan gunakan pakaian yang bisa memancarkan cahaya/reflektor atau cerah. Dan sebaiknya memakai pakaian berlengan panjang agar tidak kedinginan.
Lampu adalah kelengkapan utama saat bersepeda malam, baik yang menempel di handlebar sepeda agar lampu mengikuti arah pergerakan handlebar ataupun bisa juga memasang di tubuh atau memakai head lamp. Tentunya selain pintu depan juga lebih baik bila memasang lampu belakang biar terlihat oleh goweser di depan.
Bila ada goweser yang tidak mempunyai lampu penerang, sebaiknya dibuat perkelompok atau posisi goweser di antara goweser yang memiliki lampu penerang. Terutama saat melewati track atau kawasan yang gelap atau tidak ada penerang seperti kawasan hutan, pegunungan. Ini agar goweser lain tidak tersesat atau tertinggal.
Selalu lakukan komunikasi dengan goweser di depan dan di belakang Anda, dan selalu berikan peringatan suara atau peluit apabila ada sesuatu yang dirasakan berbahaya seperti jalanan rusak atau berlubang, tikungan tajam dan turunan curam.(Radar Cycling)
Menembus Kegelapan Tahura
BEBERAPA Komunitas sepeda di Kalimantan Selatan memanfaatkan
Night Ride sebagai sarana pelampiasan di saat berpuasa tidak bisa maksimal bersepeda.
Diantaranya Komunitas Touring Bahagia yang melakukan Night Ride dari Banjarmasin ke puncak Mandiangin Tahura Sultan Adam, Sabtu, 11 Mei kemaren.
Menjalankan aktivitas gowes di bulan suci Ramadan dan tetap menjalin silaturahmi dengan beberapa goweser dari Banjarmasin dan Banjarbaru. Total jarak tempuh dari Banjarmasin – Tahura – Banjarmasin sekitar 120 km.
Goweser lintas komunitas ini cukup sering mengadakan kegiatan bersepeda jarak jauh antar kota dan sering disebut dengan komunitas Touring Bahagia. Para peserta masing-masing telah mempersiapkan fisik dan perlengkapan sepedanya masing-masing terutama senter dan lampu penerangan tambahan lainnya.
Ada satu kesepakatan unik dari komunitas Touring Bahagia yakni peserta mesti menggunakan sepeda jenis MTB dan ban standar MTB.
Sebanyak 19 goweser berkumpul dan start dari gerbang batas kota KM.6 Banjarmasin pukul 21.00 Wita, diantaranya Muhammad Bay Haqi, Syar’i Haryadi, Yusuf Syifa, Belly Prima, Jhon, Wardy Azza, Abdul Hakim, Syafar, Arif Rahman, Bang Djull. Juga ada empat goweser dari Desa Puntik Kabupaten Batola yang ikut bergabung.
Pukul 22.45 rombongan tiba di bundaran besar Banjarbaru dan disambut sekitar 11 goweser asal Banjarbaru dan Martapura diantaranya Eko Tello Suryanto, Miftah NnZz, Ay Dhan, Haikal Kal, Ibuz Cassanova, Ahmad Syarif, Ratno Peny, Etong Buaya Kuning, Haris Alpard, Bani Martapura dan lain-lain.
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan menembus kegelapan malam menuju puncak bukit Tahura. Saat memasuki Jalan P.M Noor tantangan mulai dirasakan oleh peserta karena topografi jalan yang sudah mulai menanjak dan menurun sehingga beberapa kali rombongan berhenti untuk menunggu anggota yang tertinggal atau mengisi kembali persediaan air minum dan makanan ringan untuk menahan haus dan lapar. Perjalanan semakin menguras tenaga dan adrenalin peserta ketika telah memasuki trek tanjakan curam dan gelap menuju puncak Tahura. Adapun total jarak dari gerbang masuk hingga puncak Tahura (lokasi ex Benteng Belanda) sekitar 5 KM mesti dilalui dengan menanjak tiada henti secara beriringan dan terkadang mesti harus beristirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga kembali.
Perjuangan peserta Night Ride Tahura akhirnya terpuaskan saat mencapai teras terbuka ber keramik yang biasa disebut 60 x 60 pada pukul 01.30 Wita.
Beberapa goweser memutuskan untuk melanjutkan melibas tanjakan dan kegelapan menuju lokasi eks Benteng Belanda dan sebagian tetap bertahan di area 60 x 60 untuk beristirahat dan ber foto ria.
Tepat pukul 02.00 Wita kembali berkumpul dan secara beriringan meluncur menuruni bukit untuk kembali ke titik kumpul di Gerbang Tahura. Saat menuruni bukit peserta harus lebih ekstra berhati-hati dan berkonsentrasi penuh karena kemiringan turunan trek yang cukup curam dan berkelok, apalagi beberapa senter peserta sudah mulai redup dan jarak pandang sangat terbatas.
Pukul 03.15 wita peserta telah kembali berada di bundaran besar kota Banjarbaru, saling bertukar cerita berbagai kejadian-kejadian selama di bukit Tahura, dari pengalaman gowes naik bukit malam hari, kerjasama menangani ban peserta yang gembos, senter atau lampu goweser yang jatuh di trek atau telah habis baterai dan juga beberapa cerita yang berbau mistis. “Bulu kuduk ku berdiri saat di area benteng Belanda dan seperti ada sesuatu yang sangat besar ada di sekitar kita namun tidak bisa diliat dengan mata,” kata Miftah NnZz.
Selain itu Syafar mengaku, “Disekitar kolam Belanda saya dipanggil orang, tapi aku cari-cari tidak ada siapa-siapa,” akunya.
Tak lama setelah seluruh peserta terkumpul, goweser asal Banjarbaru dan Martapura pamit memisahkan diri dan kembali ke rumah masing-masing, sedangkan goweser asal Banjarmasin memutuskan untuk makan sahur di warung makan sekitar Bundaran Banjarbaru.
Pukul 04.30 wita peserta melanjutkan perjalanan pulang ke Banjarmasin dan sempat mampir menunaikan Sholat Subuh berjamaah di masjid Al Mukarramah Landasan ulin. Perjalanan pulang dilanjutkan hingga pagi memasuki kota Banjarmasin.
“Sebuah pengalaman gowes bulan Ramadhan dengan paket lengkap dari Night Ride – Sahur Ride – Morning Ride, gowes yang sangat menyita energi dan adrenalin yang berbeda dari biasa namun ada kepuasan tersendiri kami bisa menaklukan trek Tahura dari Banjarmasin dengan gowes sepanjang malam,” pungkas Syar’i Haryadi.
Ramadan kali ini benar-benar dimanfaatkan semua komunitas sepeda untuk Night Ride, baik oleh komunitas sepeda di Balangan, Tabalong, Banjar, Banjarbaru, Tapin, HST, HSU, HSS, Banjarmasin dan lain-lain.
Di Kotabaru juga tidak mau kalah. NR diramaikan gowes silahturahmi. Diantaranya BBC, ISSI kotabru, STBC, Bank BRI, dan masyarakat umum, Peserta yang hadir sekitar 100 goweser dengan rute 15 km, start di Siring Laut Kotabaru.
Ramadhan Night Ride jilid 1 adalah agenda tahunan yang rutin dilaksanakan setiap malam minggu di bulan Ramadan oleh beberapa komunita sepeda di Batulicin Tanah Bumbu. Sebanyak 40 goweser cukup menarik perhatian warga ketika mereka melintasi pemukiman. Ini adalah tahun keempat bagi komunitas sepeda Tanah Bumbu.
“Untuk malam minggu pertama ini sengaja kami pilih jalur masuk gang keluar gang, masuk komplek keluar komplek menyusuri jalan-jalan tembus guna lebih mengenalkan kepada masyarakat bahwa menjaga kesehatan bisa juga dilakukan dengan cara yang asyik,” ungkap Gafur.
Supaya silaturahmi ini tetap terjaga kegiatan ini akan terus dilakukan setiap malam minggu dan ditutup dengan buka bersama dan berbagi taqjil di minggu-minggu terakhir.
Di Pelaihari Tanah Laut beberapa goweser juga tidak mau kalah. Salah satunya AGC (Akang Gowes Community) Pelaihari. Untuk mengganti rutinitas gowes setiap pagi Jumat diganti setiap malam Minggu setelah teraweh.
AGC adalah komunitas bersepeda Kantor Pertanahan (BPN) Kabupaten Tanah Laut, yang termasuk salah satu komunitas pembentuk CCTP Tala. Anggotanya seluruh karyawan dan karyawati Kantor Pertanahan Kabupaten Tala. Ada sekitar 60 Orang
Tapi yang rutin gowes sekitar 30 goweser.
“Kemaren yang ikut NR malam minggu hanya 15 orang, dan hanya gowes keliling kota saja,” ujar Ketua AGC Pelaihari, Tulus Widodo, Pensiunan BPN Tala.
Goweser di Hulu Sungai Tengah, salah satunya Manis Kasai Barabai juga memanfaatkan momen NR sebagai ajang silahturahmi yang diikuti puluhan goweser melintasi jalan-jalan Barabai dan sekitarnya.
Moment di bulan Ramadhan ini juga dimanfaatkan Mailan dan kawan- kawan bersilahturahmi Bersepeda Nanjak Tengah Malam ke puncak Tahura Mandiangin (Benteng) Sultan Adam.
Sebelum NR, mereka menggelar acara buka puasa bersama anak yatim, berbagi santunan, dan sholat magrib bersama di Pondok Pesantren Raudhatun Nasyi’n Banjarbaru. Usai habis shoalat traweh sebagian ada yang pulang dan sebagian gowes bareng ke Tahura.
“Alhamdulillah, menikmati indahnya ciptaan Allah SWT, terang bulan di Tahura Mandiangin,” ungkap Mailan.
Sabtu, 18 Mei juga digelar Night Ride persembahan Roda Link, salah satu outlet sepeda di Banjarmasin. Ratusan peserta mengikuti acara gowes bareng yang dikemas dengan Fun Ride usai teraweh tersebut.
Berbagai jenis sepeda mengitari jalanan di Banjarmasin dan sekitarnya. Setelah finish peserta disungguhi berbagai makanan ringan dan tentunya bagi-bagi doorprize yang dipersembahkan Rodalink Banjarmasin bagi peserta Night Ride dan pelanggan setianya.(Radar Cycling).
Foto- Foto : Dokumen Radar Cycling dan Bersepeda Kalsel for Radar Cycling.