Jambore Nasional Federal Indonesia 4 Jakarta 2018 (Edisi 1)
FEDERAL Banua yang tergabung di komunitas Federal Borneo (Fedborn) menjadi saksi bagaimana perhelatan Jambore Nasional MTB Federal Indonesia 4 (MTBFI) di Jakarta – Bogor, 8 sampai 10 September berjalan sukses.
Fedborn Chapter Banjarmasin diwakil 6 goweser bergabung dengan lebih 1.400 peserta yang hadir dari chapter Federal seluruh Indonesia. Dari Banjarmasin (Fedborn) sendiri yang hadir adalah Mahmud, Muhammad ‘Odienk’ Afifuddin, Yamani, Azhar Askari, Taufikurahim dan Muliadi
Ajang ini bisa dikatakan sukses tanpa cela. Kesiapan panitia dari FedJack dan semua pendukung atau supporting ajang terbesar di tanah air penggemar sepeda Federal ini patut diacungi jempol. Tentunya peserta juga. Semua mengikuti regulasi yang ditetapkan panitia. Tak ada insiden berarti. Kecuali kram kaki dan terpaksa evakuasi memang tidak bisa terelakan.
Salah satunya, Odienk, dari Fedborn yang dua kali kram dan terpaksa harus istirahat cukup lama dan dirawat saat sisa estape terakhir 10 km menuju tanjakan Gunung Bunder, tempat para peserta ngecamp, walau akhirnya tetap bisa menyelesaikan rute terakhir tersebut dengan susah payah dengan tenaga tersisa.
“Ampun. Udah merasakan kita, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Yang jelas bila kurang latihan dan kondisi memang drop jangan paksakan. Ini bukan hanya fisik mental,” ucap Odienk sambil meringis.
Agoes Hasto dari Federal Unggaran Semarang Jawa Tengah merasakan siksaaan Jamnas MTBFI kali ini. “Sempat kram juga, istirahat memang kurang. Tapi asik Jamnas kali ini,” aku pria yang akrab di panggil Pakde di komunitas Federal Semarang yang punya koleksi 32 unit sepeda Federal tersebut.
Federalis asal Bandung, Paguru Dadang Mardiyanto, mengaku Jamnas MTBFI 4 kali ini sukses, secara kemasan asik. “Overall even ini sukses. Moga Jamnas berikutnya lebih sukses,” puji kakek berumur 74 tahun yang mengaku sejak kecil udah akrab dengan sepeda.
Pujian juga datang dari anggota Fedborn lainnya. Seperti halnya yang dikatakan Mahmud dan Muliadi. “Luar biasa melihat para goweser yang hadir di Jamnas kali ini. Salut dengan peserta dan sepedanya. Ada peserta dari Kendal, tiga hari dua malam gowes ke Jakarta hanya ingin ikut Jamnas,” ujar Mahmud, sambil geleng-geleng kepala.
Menurut Muliadi, Jamnas ini ternyata di luar dugaannya. Melihat antusiasnya peserta membuat dirinya semakin semangat. Tentunya kesempatan baginya bersilaturahmi dari berbagai Federalis dari berbagai penjuru tanah air.
“Jujur, saya baru pertama kali ikut gowes di luar daerah Kalsel. Jadi tambah semangat melihat kekompakan mereka. Hampir dari seluruh Indonesia hadir mewakili. Tentunya kebanggaan juga bisa ikut di even ini,” ucap Muliadi yang hadir di Jamnas kali ini dengan Federal kebanggannya Street CAT.
Pukul 06.00 WIB peserta sudah ber kumpul di Monomen Nasional (Monas) Jakarta. Tepat pukul 07.00 WIB
Wakapold Metro Jaya melepas peserta di Monas. Peserta melakukan touring sejauh 26 km menuju pit stop pertama di Pondok Cabe. Terlihat flat di estape pertama ini. Tapi jangan gembira dulu, flat tapi rasa nanjak. Panjang sekali lagi. Apalagi cuaca panas semakin menguras tenaga. Di sini jelinya panitia untuk mengemas rute dan kesigapan crew, marshal, medis dan lain-lainnya.
Setelah istirahat kembali melanjutkan ke estape kedua sejauh 24 km menuju Mesjid MTBFI (Mesjid yang didirikan oleh para donasi Federal Indonesia) untuk sholat sekalian makan siang.
Dari Mesjid MTBFI tour estape dilanjutkan menuju Gunung Bunder sejauh 24 km. Siksaan sebenarnya ada di estape ini.
Kawasan wisata yang terletak di Taman Nasional Halimun Salak, Kabupaten Bogor Jawa Barat ini memang terkenal dengan suasana sejuknya.
Ditambah lagi dengan pepohonan rindang yang membuat nuansa sekitar semakin mempesona. Nama gunung bunder sebenarnya merupakan nama dari desa Cibatok yang masuk kecamatan Pamijahan, Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Menuju gunung bunder treknya memang lumayan berat tanjakan yang tidak ada “bonus”turunan jadi dibutuhkan kesabaran dan tenaga yang prima untuk menuntaskan estape terberat tersebut. “Tidak ada tanjakan , cuma miring,” canda salah satu Marshal dengan enteng.
Bagi sepeda besi sejenis Federal ditambah dengan beban painner di sepeda, tanjakkan ini memang bakal melelahkan. Tidak hanya fisik, mental juga bakal diuji. Selain rajin latihan, kondisi memang harus fit.
“Alhamdulillah benar-benar menikmati touring kali ini walau berat” ujar Azhar Azhari.
Kawasan Gunung Bunder memiliki ketinggian antara 750 -1.050 meter dari permukaan laut (dpl) dan sebagian besar merupakan hutan produksi milik Perhutani yang ditanami dengan pohon pinus.
Di kawasan tersebut terdapat sebuah bumi perkemahan dengan fasilitas pelatihan luar ruang (outbound training). Di sini nantinya para Federalis nge camp satu malam, sekaligus acara resmi pembukaan MTB Federal Indonesia ke 4.
Gunung Bunder terkenal juga dengan beberapa air terjun (curug) serta Kawah Ratu. Beberapa curug (air terjun) di Gunung Bunder diantaranya adalah Curug Cihurang, Curug Ngumpet, Curug Cigamea, dan Curug Seribu. Semua curug tersebut terletak dekat dengan jalan raya sehingga mudah dijangkau. Untuk menuju Kawah Ratu, pengunjung harus melakukan trekking sejauh 14 kilometer dari Bumi Perkemahan Gunung Bunder.
Nah hari kedua, 9 September peserta masih berkumpul dan di malam terakhir digelar acara ramah tamah, kontes sepeda federal, bagi-bagi doorprize, hiburan serta pengumuman tuan rumah Jamnas MTB Federal Indonesia kelima 2020. Dan akhirnya Tasikmalaya lah yang terpilih sebagai tuan rumah Jamnas MTBFI V 2020 setelah voting dan siap menggelar Jamnas MTBFI, menyisihkan kandidat lainnya. Seperti Magelang, Lampung, Bali dan kandidat lainnya.
“Jakarta salah satu Jamnas terbaik dari yang pernah saya ikutin. Panitianya gerak cepat, acaranya asyiiik. Guyubnya dapat. Boleh dikatakan sempurna,” komentar Ndent FdB Yuwono Anak Langit.
Dan sedikit masukkan untuk Jamnas MBTFI V mendatang di Tasikmalaya, kalo bisa Jamnas 2020 diubah suasananya. Pantainya ajib Tasikmalaya banyak lokasi pantai yang bisa jadi tempat Jamnas. “Soalnya dari Jamnas 1 sampai 4, suasana gunung, tidak ada salahnya kalo sekarang kelima suasana pantai,” pungkas Yuwono. (Radar Cycling)