Gowes Bareng Nila Barokah Bukit Matang Kaladan Aranio (Ni-bar)

MTB

Rute Menyiksa, Pemandangan Indah dan Bawa Pulang Ikan Mas

Pemandangan Aranio dari Bukit Matang Kaladan. Foto : Azhar Askari/Radar Cycling.
BAGI Traveller dan goweser Banua, mendengar nama Bukit Matang Kaladan [1] pasti bukan hal yang asing lagi. Ya, perbukitan yang kini viral menjadi kawasan wisata di Kalimantan Selatan merupakan destinasi yang layak dikunjungi.

Butuh paling tidak lebih 40 menit berjalan kaki dengan kemiringan cukup menantang untuk bisa mencapai puncak bukit yang ketika sampai di sana kita bisa menyaksikan hamparan keindahan alam di sekitar waduk riam kanan pembangkit tenaga listrik milik PLN [2] seperti halnya kita melihat kepulauan Raja Ampat [3] dari atas, walau sebenarnya masih jauh bila dibandingkan dengan keindahan di kawasan wisata dunia Papua tersebut.

Lalu bagaimana ketika menuju Bukit Matang Kaladan tersebut dilakukan dengan sepeda Mountain Bike (MTB) dengan kemiringan lintasan menantang, melewati beberapa single track yang licin, berbatu dan jurang di kanan kiri? Pasti seru.

Dan kemaren, Minggu, 28 Oktober, ratusan goweser bersepeda ria menikmati pesona Aranio, sekaligus menyiksa, menguji mental “mendaki” Bukit Matan Kaladan dengan sepeda di acara gowes bareng bersama komunitas sepeda Nila Barokah di Riam Kanan Aranio (Ni-bar).

Lebih dari 300 goweser hadir di gowes Ni-bar tersebut. Tentunya banyaknya peserta ini di luar dugaan panitia, target sebenarnya hanya 200 an goweser. Ini wajar, sebab rasa penasaran yang ada benak goweser yang belum merasakan sensasi bersepeda ke Bukit Matang Kaladan.

Jarak dari start di Desa Tambela Sari Aranio menuju Bukit Matan Kaladan memang hanya 12 km dengan melewati trek yang bertipe perbukitan. Beberapa melewati jalan beraspal menanjak dan single track kawasan Riam Kanan atau melewati pesisir Bukit Alimpung Aranio termasuk rute para traveller yang bisa naik menuju puncak dengan jalan kaki atau “ojek” motor. “Ya tapi lewat bawah bukit matang keladan. Alhamdulillah lancar dalam pelaksanaannya,” ujar H Yuliansyah, sang peramu track.

Jaraknya memang 12 kilometer, tapi jangan anggap sepele, walau dikemas gowes gembira penuh tawa, toh track yang menanjak dengan kesulitan yang cukup tinggi sukses membuat sebagian goweser terengah-engah, kaki kram, dan aksi dorong atau tuntun sepeda akhirnya menjadi pemandangan yang biasa saat gowes dengan rute cukup ekstrim, dan pasti menarik untuk diabadikan dengan kamera handphone oleh goweser. Tidak sedikit goweser juga terjungkal saat menaklukan tanjakkan yang bertipe single track licin dan cukup curam.

“Bersama Ni – Bar Aranio semoga semua Baroqah. Terima kasih buat Ni – Bar, seluruh panitia juga peramu trek Haji Yuliansyah, mantap pokoknya,” imbuh Syar’i Haryadi.

Namun “siksaan” 12 KM tersebut terbayar saat goweser berhasil menuntaskan ujian naik ke Bukit Matang Kaladan. Keindaan alam aranio dilihat dari atas bukit. Hamparan danau buatan hasil menenggelamkan beberapa perkampungan/desa [4] untuk proyek waduk PLN Riam Kanan.

“Gowes bareng Nibar Kecamatan Aranio,
Terima kasih atas segala-galanya.
Pokoknya mantap sudah habis kisah, (habis cerita, red) salam persaudaraan dari BCC. Semoga ada gobar lagi nanti
Terima kasih panitia, saudara se -hobby dan semuanya,” tutur Muhammad Syarif dari Bi-ih Cycling Club.

Yang unik tentunya hadiah atau cenderamata bagi yang beruntung. Awalnya Ni-bar ini tidak menyediakan hadiah, namun berkat dibantu aparat desa, karang taruna dan masyarakat sekitar ada hadiah unik-unik, seperti hasil kebun yakni durian, petai, bahkan hasil tambak iklan yakni nila dan ikan mas.

“Alhamdulillah oleh-oleh ikan Mas 4 kilogram. Semoga Nila Barokah lebih tambah barokah lagi,” harap Syahran Syah.

“Hasil dapet undian niber tadi, asik malam ini siap masakan kita,” sahut Bayu Imam Rusadi.

Panitia dari Nila Barokah pun tidak bisa menutupi rasa gembiranya atas suksesnya even sederhana namun penuh kesan tersebut. “Terimakasih kepada bubuhan pian-pian seberataan (kalian semua,red) yang bisa berhadir di acara Gobar NiLa Barokah Riam Kanan. Kami mohon maaf yang sebesarnya jika ada kekurangan dalam pelayanan kami. Salam dua pedal,” tutur Rafa Regina.

“Kami dari club Nila Barokah mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya sudah mau menyempatkan waktunya datang di acara gobar bersama Nila Barokah. Kami minta maaf apabila ada pelayanan kami yang kurang memuaskan, semoga silaturahmi kita tetap terjaga,” sambung Yantie. (Radar Cycling)

Foto-Foto Ni-bar : Panita for Radar Cycling.

 

Catatan :

[1] Matang Kaladan adalah wisata baru di kawasan Riam Kanan Aranio, tepatnya di Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar.

Pemandangan dari Bukit Matang Kaladan Aranio. Foto : Azhar Askari/Radar Cycling

Menuju Aranio kita harus menempuh jarak kira-kira 25 kilo meter dari pusat kota Banjarbaru, dimana terdapat bandar udara Syamsuddin Noor sebagai pintu masuk menuju Kalimantan Selatan melalui udara.

Dari atas puncak kita dapat melihat gugusan pulau kecil di Waduk Riam Kanan bak Raja Ampat, pantas saja Bukit Tiwingan (nama lain dari Bukit Matang Kaladan) ini dijuluki Raja Ampatnya Kalimantan Selatan.

Foto: Askar Askari/Radar Cycling

Harga tiket untuk dapat masuk ke Bukit Matang Kaladan ini cukup murah, hanya 3000 rupiah saja per orangnya. Dan untuk sampai ke puncak perlu perjuangan, melewati jalan setapak yang curam dan menanjak bakal membuat napas ngos-ngosan dan kaki pegal-pegal. Butuh waktu 30 sampai 45 menit normal untuk naik dengan jalan kaki, dan bagi yang jarang naik gunung bisa jadi butuh waktu lebih termasuk istirahatnya.

Terdapat dua jalur untuk mendaki bukit ini, jalur yang lebih landai namun cukup memakan waktu lebih lama dan jalur yang lebih cepat namun cukup curam. Tidak mau capek? jangan khawatir pengunjung bisa menyewa atau naik ojek untuk naik ke Puncak Matang Kaladan. Yah capek-capek dan penuh perjuangan naik dengan jalan kaki, ternyata hanya mengeluarkan kocek beberapa ribu dengan mudah mencapai puncak.

Para “Ojek” memang cukup banyak tersedia di desa Tiwingan tepatnya pas di batas pintu masuk sebelum naik ke Bukit Matang Kaladan. Tidak sampai 10 menit dengan motor roda dua tersebut untuk naik. Ada aturan motor pribadi pengunjung memang tidak diperbolehkan naik ke Puncak Matang Kaladan, semua motor roda empat dan roda dua harus parkir di bawah. Bisa jadi Ojek ini merupakan sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat Tiwingan.

Pemandangan dari Bukit Matang Kaladan Aranio. Foto : Azhar Askari/Radar Cycling

Di puncak disulap menjadi spot foto lengkap dengan properti yang dibangun dan dikelola oleh warga sekitar untuk destinasi wisata. Ada perahu, rumah pohon, rumah jamur, rumah marsupilami, sarang burung raksasa, rumah terbalik, helikopter, semua dengan latar pemandangan Aranio yang indah.

Namun Anda jangan asal naik dan berfoto di spot tersebut. Sebab tidak gratis. Pada setiap spot foto ada papan yang bertuliskan tarif setiap berfoto yaitu Rp. 5.000 perorang/ tempat dengan waktu maksimal 5 menit.

[2] Waduk Riam Kanan adalah salah satu waduk terbesar di Kalimantan Selatan yang ada di Aranio, Aranio, Banjar.


Tujuan utama dibangunnya Waduk Riam Kanan yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1973 ini adalah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Airyang akan digunakan untuk menerangi wilayah Banjarmasin dan sekitarnya.

Adalah jasa seorang terpelajar putra daerah Kalimantan Selatan yang bernama Ir. Pangeran Muhammad Noor sehingga Kalimantan Selatan memiliki sebuah pembangkit listrik tenaga air untuk menyuplai kebutuhan listrik daerah Kalimantan Selatan dan Tengah. Pangeran Mohammad Noor adalah putra Pangeran Muhammad Ali seorang wakil Kalimantan dalam voolksraad (DPR) pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Pangeran Mohammad Noor lahir di Martapura tahun 24 Juni 1901, pendidikan dimulai HIS lulus tahun 1917 kemudian MULO lulus tahun 1921 dan HBS lulus tahun 1923. Setelah lulus dari HBS beliau melanjutkan studi di sekolah tinggi teknik Bandung hingga meraih gelar Insinyur pada tahun 1927. Pada periode 1935 – 1939 Pangeran Mohammad Noor menggantikan kedudukan ayah beliau di voolksraad, dan pada tahun 1945 beliau diangkat oleh Soekarno menjadi gubernur pertama Kalimantan. Di masa kemerdekaan Pangeran Mohammad Noor pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dalam kabinet Ali Sastromijoyo tahun 1956 – 1959. Ketika itulah beliau memberikan gagasan dan berhasil merealisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga air Riam Kanan. Pangeran Muhammad Noor wafat pada tanggal 15 Januari 1979 pada usia 78 tahun. Untuk mengenang jasanya, nama beliau kini diabadikan sebagai nama waduk serta jalan raya menuju waduk tersebut di Kalimantan Selatan.

Bendungan Riam Kanan. Foto : Azhar Askari/Radar Cycling

Dan untuk menghormati jasa-jasa penggagas pembangunan waduk Riam Kanan maka pada tanggal 19 Januari 1980 nama PLTA Riam Kanan diganti menjadi PLTA Ir. Mohammad Noor.
Kini PLTA Ir. Mohammad Noor beroperasi untuk memberikan jasa energi listrik kepada masyarakat Kalimantan Selatan dan Tengah.

Area Bendungan Riam Kanan milik PLN di Aranio. Foto : Azhar Askari/Radar Cycling

PLTA Ir. Pangeran Mohammad Noor dalam operasionalnya bukan hanya memberikan jasa energi listrik akan tetapi juga memberikan air yang begitu berharga bagi masyarakat Kalimantan Selatan, di tahun 2010 air dari PLTA ini dimanfaatkan untuk irigasi sawah seluas 7.012 hektar dengan konsumsi air 10,161 m3 per detik, memenuhi kebutuhan perikanan dimana tercatat 290 kolam ikan dengan total luas 326,26 hektar yang memerlukan air 6,918 m3 per detik, serta untuk kebutuhan air minum melalui PDAM Banjarbaru dengan kebutuhan air 150 liter per detik dan PDAM Banjarmasin dengan kebutuhan air 1.100 liter per detik.

 

[3] Kepulauan Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung(Vogelkoop) Pulau Papua. Secara administrasi, gugusan ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kepulauan ini sekarang menjadi tujuan para penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Empat gugusan pulau yang menjadi anggotanya dinamakan menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta.

Pemandangan Raja Ampat Papua. Foto : Net

 

Asal mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.

Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia Belanda.

 

[4] Waduk buatan untuk menopang pembakit listrik yang dalam pembangunannya memakan waktu selama 10 tahun ini dibangun dengan membendung 8 sungai yang bersumber dari Pegunungan Meratus, serta ada 9 desa yang kemudian ditenggelamkan di area seluas 9.730 hektar tersebut.

Pemandangan danau buatan Aranio. Foto: Odienk/Radar Cycling

Akibat ditenggelamkan, penduduknya mengungsi ke berbagai daerah, kemudian terciptalah banyak desa di wilayah Aranio. Penduduknya menyebar menjadi belasan desa yang ada sekarang mengelilingi danau tersebut. Di antaranya ada, Desa Balangian, Bunglai, Bukit Batas, Rantau Bujur, Tiwingan Lama, Tiwingan Baru, Liang Toman, Kalaan, Banua Riam, Apuai, dan lain-lain.

Pemandangan danau buatan Aranio. Foto: Odienk/Radar Cycling

Pemandangan danau buatan Aranio. Foto: Odienk/Radar Cycling

Fungsi utama waduk ini adalah, Sebagai sumber air untuk menggerakan turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Manfaat lainnya adalah, Sebagai habitat dan Pusat Penelitian berbagai jenis ikan sungai, untuk tempat pemeliharaan dan pembesaran ikan didalam karamba, untuk tempat pemancingan, dan sekaligus juga sebagai tempat wisata.

Pemandangan danau buatan Aranio. Foto: Odienk/Radar Cycling

Waduk seluas sekitar lebih 9.000 Hektar ini masih termasuk di dalam kawasan Hutan Lindung Sultan Adam, Airnya berwarna hijau kebiruan, dan pada beberapa bagian pantainya terdapat perbukitan yang ditumbuhi oleh padang rumput serta berbagai macam pohon besar. (Berbagai Sumber/Radar Cycling)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *