Naik Melewati Ratusan Anak Tangga

MTB Touring

Bike Camp Radar Cycling di Agrowisata Kampung Biiih (Habis)

SESAMPAINYA di kawasan Agrowisata Kampung Biih Karang Intan Kabupaten Banjar, untuk mendapatkan view yang lebih bagus untuk berkemah, Radar Cycling memutuskan untuk kembali naik atau nanjak ke atas bukit yang lebih tinggi dengan harus melewati ratusan anak tangga atau jalan setapak di samping anak tangga tersebut.


INILAH Perjuangan yang sangat berat, mengingat tenaga sudah terkuras sebelumnya. Sebenarnya di bawah sudah sangat layak untuk berkemah di agrowisata Kampung Biih dengan segala fasilitas lengkap di kawasan tersebut. Tapi memang tidak afdol atau tidak ada tantangannya bila cuma berkemah di bawah.

Makanya Radar Cycling memutuskan naik melewati anak tangga yang lumayan curam dengan mendorong sepeda penuh dengan muatan dan berat tersebut.

Bagi pejalan kaki atau pengunjung lain memang mudah melewati ratusan anak tangga tersebut walau sebenarnya ngos-ngosan juga. Tapi Uvik dan kawan-kawan berbeda, dengan mendorong sepeda malah jadi perhatian para pengunjung lainnya. Naik tanpa beban bawaaan aja lumayan berat , ini harus dorong sepeda terbuat dari bahan besi dan penuh painner dgn isinya.

Akhirnya setelah dengan susah payah dengan tenaga tersisa Radar Cycling akhir sampai di puncak. Lelah terbayar melihat view pegunungan yang indah dan hijau. Dari sisi lain dari atas juga telihat kota Banjarbaru serta kawasan tahura.

Di atas agrowisata Kampung Biih fasilitasnya juga tidak kalah dengan yang di bawah. Beberapa spot foto dengan view indah tersedia. Juga ada sejenis villa kekinian untuk mereka yang mau bermalam di puncak atau cuma sekedar untuk berfoto di depan villa tersebut. Dan yang asiknya, walau di puncak, sinyal telpon atau internet di kawasan tersebut bisa diakses dengan baik, jadi saat berfoto bisa langsung share atau posting di media sosial.

“Beberapa villa sedang kami siapkan. Insya allah dalam waktu dekat atau setelah lebaran bisa pakai untuk di sewa baik untuk istirahat atau bermalam,” ungkap Kifli, pengelola agrowisata Kampung Biih.

Untuk masuk kawasan agrowisata tersebut pengunjung dikenakan biaya masuk sepuluh ribu rupiah perorang, dan bila mau naik ke atas puncak dikenakan biaya tambahan sepuluh ribu rupiah. Dengan biaya tambahan tersebut, di atas pengunjung bebas berfoto-foto di semua spot foto yang disediakan pengelola.

Beberapa fasilitasnya, taman kelinci, playground, spot foto, bumi perkemahan, becak-becakkan, kereta kelinci, panah-panahan, mobil-mobilan, villa, toilet, mushola dan lain-lain. Bisa cek IG agrowisatakampung_biih.

Setelah istirahat memulihkan tenaga, Yamani dan kawan-kawan menyiapkan makan siang dan mendirikan tenda. Di puncak pengelola jua menyiapkan lahan atau space untuk mereka yang mau mendirikan tenda untuk bermalam. Saat itu kebetulan hanya Radar Cycling yang bermalam dan memasang tenda.

Begitu juga saat malam. Kesempatan di alam terbuka benar-benar dimanfaatkan, sambil ngobrol uvik menyiapkan minum dan makan malam dan menggoreng beberapa cemilan saat tengah malam jelang tidur.

Pagi sebelum pulang ke Banjarmasin, Radar Cycling kembali membuat sarapan pagi dan menikmatinya di salah satu spot foto di kawasan agrowisata tersebut

Harusnya saat pagi di kawasan puncak tersebut Radar Cycling bakal menemui pemandangan sunrise yang indah. Namun sayang karena pagi itu cuaca agak mendung langit tertutup awan, Radar Cycling tidak bisa menikmati suasana alam dengan sunrise yang indah tersebut.

Setelah sarapan dan packing peralatan tenda dan lain-lain. Radar Cycling bersiap kembali pulang ke Banjarmasin. Dan pulangnya kembali melewati tangga. Namun kali ini agak berbeda. Turunnya lebih mudah, kurang 10 menit sudah di bawah, beda saat naik yang harus dengan susah payah.

Pulangnya lebih enteng karena lebih banyak turunan panjang. Termasuk melewati rute aspal di bukit “Balah Gadur” di awal setelah keluar dari kawasan Agrowista Kampung Biih tersebut.

Kenapa di sebut Bukit Balah Gadur, konon dulu sebelum kawasan biih tersebut ramai seperti sekarang atau masih berupa jalan setapak dengan hutan di sekitarnya, sering warga setempat naik ke puncak bukit tersebut dengan membawa gadur atau semacam guci untuk memuat air atau hasil kebun, namun karena beratnya track naik ke atas sering kali gadur tersebut balah (belah/pecah) .

Makanya akhirnya bukit tersebut oleh masyarakat setempat akrab dinamakan dengan Bukit Balah Gadur. Dari atas Bukit Balah Gadur tersebut terlihat pemandangan Kota Banjarbaru.

Di kawasan ini masyarakatnya selain bertani juga berkebun buah-buahan seperti durian yang rasanya sudah terkenal, juga mengelola perkebunan karet yang memang jadi salah satu penghasilan warga Kampung Biih. (Radar Cycling).

 

Foto – Foto : Yamani, Tito/Radar Cycling

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *