Sensasi Bersepeda di Pulau Bakut
BERSEPEDA Ke Pulau Bakut? Kenapa tidak. Ya, bersepeda sambil menikmati suasana hutan Bakau dan Rambai di Pulau Bakut menjadi sensasi tersendiri.
Setelah adanya fasilitas jembatan sepanjang kurang lebih 800 meter terbuat dari kayu ulin, kita bisa bersepeda sambil menikmati alam di pulau Bakut, persis di tengah-tengah atau di bawah Jembatan Barito Kuala.
Tempo hari Radar Cycling/ Federal Borneo (Odienk, Yamani, Azhar dan Uvik) berkesempatan bisa bersepeda di kawasan tersebut. Mungkin karena belum di launching secara resmi, Radar Cycling beruntung bisa merasakannya. Entah nantinya setelah launching resmi, bisa jadi agak susah untuk bersepeda di atas titian kayu ulin tersebut. Mengingat jembatannya memang kecil dan nantinya bakal banyak pengunjung yang datang. Dan kebetulan Radar Cycling juga kesana pagi-pagi sekali, sehingga masih sepi kondisinya dan bebas untuk bersepeda sekaligus foto-foto.
“Asik sensasinya bersepeda di Pulau Bakut, mumpung belum resmi dibuka bisa bersepeda sekaligus foto-foto dengan latar belakang Jembatan Barito,” tutur Yamani dari Radar Cycling.
Pulau Bakut adalah sebuah delta yang terletak di tengah-tengah sungai Barito, termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Anjir Muara, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Di atas pulau Bakut itu lah terdapat Jembatan Barito, salah satu jembatan ikonik terpanjang di Indonesia.
Tentunya tidak mudah ke Pulau Bakut tersebut. Radar Cycling harus menggunakan jasa perahu motor atau klotok untuk menyeberang sekaligus membawa sepeda ke Pulau Bakut. Fasilitas kapal kecil inilah satu-satunya transport untuk mencapai Pulau Bakut oleh pengunjung dan dikelola oleh masyarakat setempat.
“Takjub bisa langsung melihat jembatan Barito di tengah perairan sungai dan bisa keliling Pulau Bakut pertama kali gowes pakai kelotok (perahu motor, red),” ujar Uvik.
Saat Radar Cycling kesana, Pulau Bakut kini disulap pemerintah daerah menjadi salah satu tempat refresing sekaligus wisata edukasi. Taman wisata alam tersebut mempunyai luasan 15,8 hektar yang dikembangkan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam, (BKSDA) Kalsel dan dibantu pembiayaanya oleh PT Adaro Indonesia.
Terlihat ada beberapa fasilitas tersedia di kawasan tersebut. Seperti toilet, titian panjang atau jembatan kecil terbuat dari kayu ulin, menara pandang untuk melihat Pulau Bakut dari ketinggian serta fasilitas mushola. Bahkan nantinya juga ada stand atau tempat penjualan marchandase atau kerajinan lokal.
FOTO- FOTO : Azhar Askari & Odienk
Setelah dikembangkan dan di launching secara resmi, diharapkan mulai dari anak-anak muda sampai tua bisa mengenal wisata alam di Pulau Bakut tersebut. Bukan hanya bisa melihat tanaman ikonik di pulau tersebut, bila beruntung pengunjung juga bisa melihat Bekantan, primata hidung panjang yang menjadi ikon Kalsel. Tentunya foto selfie di kawasan tersebut.(Radar Cycling)