Pengalaman Berburu “Harta Karun” Sepeda Federal (Edisi 1/Federal Borneo)

MTB

Dari Kena “Racun” Sampai Kena Bully

MEMILIKI Sepeda MTB di masa-masa awal boomingnya sepeda jenis MTB (rentang waktu 1986 – 1996) adalah sesuatu yang mungkin mustahil, terutama bagi yang punya uang pas-pasan untuk memiliki sepeda Federal [1].

Awal-awal keluarnya sepeda Federal kala itu saingannya hanya tiga merk sepeda lokal. Tapi tiga merek sepeda tersebut awalnya lebih bermain di sepeda mini, balap dan jengki. Federal lah yang mengawali jenis MTB, yang akhirnya orang menyebut MTB sebagai Federal.

Tentunya dengan teknologi jaman dulu, Federal menjadi sepeda idaman, terutama yang suka bersepeda ke gunung atau lintasan offroad dan juga on road/touring. Karena harganya yang cukup mahal (kurs mata uang di jamannya) tentu hanya orang tertentu yang bisa memilikinya.

Sepeda Federal bisa dibilang fenomenal. Masih ada penggemar sepeda ini yang sampai sekarang masih setia merawat, bahkan menggunakannya sebagai tunggangan sehari-hari. Dan yang dulunya tidak kesampaian untuk memililiki kini mulai ramai berburu “harta karun” demi memiliki sepeda Federal. Walau ketemunya juga dalam bentuk rongsokkan. Bahkan harganya sekarang sangat bervariasi. Bahkan terkadang tak masuk akal hanya atas nama sepeda bekas yang berkarat.

Nah tidak kalah dengan penggemar sepeda Federal di pulau Jawa dan daerah lainnya. Memiliki atau mengkoleksi sepeda federal juga mulai merambah di Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan. Pelan-pelan tapi pasti mulai terkumpul para penggemar sepeda Federal baik secara individu maupun komunitas. Dan Federal Borneo (Fedborn) menjadi komunitas pertama di Kalsel yang menjadi tempat untuk sharing dan aktivitas anggota di dalamnya. Tidak hanya dari Kalsel, Fedborn juga tersebar di Kalteng dan Kaltim beberapa anggotanya.

Memiliki sepeda Federal memang menjadi kepuasaan di tengah hadirnya sepeda jenis MTB modern saat ini. Banyak hal-hal lucu, sedih, bahkan harganya sudah tidak masuk akal hanya untuk mendapatkan sepeda besi bekas ini, memang beberapa seri memakai bahan lebih baik seperti cromoly.

Seperti halnya M. Hanafi yang kini benar-benar jatuh cinta terhadap Federal.
Hanafi cerita, sekitar 3 tahun yang lalu ada hasrat ingin memiliki sebuah sepeda yang bisa dipakai sewaktu-waktu, berolahraga. Pada waktu itu rasa hati ingin memiliki sepeda MTB yang notabene sepeda keren jaman now ini. Setelah survey ke beberapa toko yang menjual sepeda MTB tiba-tiba hati dan pikiran ini berubah drastis 180 derajat. Dana di tangan yang cukup untuk membeli sepeda MTB terbaru malah dipending lantaran jatuh hati pada sepeda besi karatan yang sama sekali jauh dari kata keren.

Ketika itu kenapa niat berubah haluan lantaran tidak sengaja melihat seorang peturing mengendarai sepeda besi yang dimodif sedemikian rupa sehingga terlihat keren. Terlihat jelas sepeda yg dipakainya itu bertuliskan Federal, “Otak ini flasback ke masa lalu mengingat ingat tulisan itu. Ya betul pernah punya sepeda itu waktu jaman SMP. Sepeda merk Federal adalah sepeda terkeren di jamannya,” ingat Hanafi.

Timbul pertanyaan Hanafi di dalam hati kenapa bisa buat touring, selama ini pola pikiran terbentuk bahwa sepeda touring itu sepeda jenis onthel, lho kenap Federal bisa apakah ada komunitasnya, pertanyaan ini terus bergejolak dipikiran. Hanafi. Disaat galau-galaunya teringat sebuah sepeda yang pernah dibelikan orang tua pada waktu SMP itu ber merk Federal. Sayang sekali seandainya sepeda itu berdomisili sama langsung bisa dipakai gumamnya dalam hati. Banjarmasin Jakarta jauh masa harus minta kirimkan sepeda dari sana. Akhirnya pelan pelan menghubungi kakaknya menanyakan sepeda itu apakah masih ada atau sudah pindah tangan.
Ternyata sepedanya masih ada dan terawat. “Pelan-pelan merayu kakak yang di Jakarta agar mau mengirimkan federal itu dan alhamdulillah alhasil kakak menolak dengan dalih dipakai katanya,” ujar Hanafi sambil ngakak.

Ternyata sang kakak di Jakarta sudah bergabung dengan komunitas Federal Jakarta (Fedjak). Pantas sang kakak tidak mau kirim ke Banjarmasin. “Federal yang dirawat dan dipakai kakak adalah seri Poema. Ayo cari Federal di Banjarmasin kata kakak, hidupkan lagi sepeda kita jaman SMP, racun, racun, racun,” ujar Hanafi menirukan ucapan sang kakak.

Setelah berjalan nya waktu mungkin racun Federal ini termasuk racun paling ganas mengalahkan racun penyakit tingkat dewa. Otak pun mulai bersugesti bahwa sepeda yang bisa dipakai touring adalah Federal. Mungkin MTB jenis sekarang unggul di teknologi atau penampilannya aja. Perburuan pun dimulai setelah racun sudah merasuk direlung- relung saraf terkecil pembuluh otak. Pikiran cuma hanya ingin membeli sepeda Federal, setelah hunting kesana kemari menghabiskan waktu dua bulan lamanya, alhamdulilah Hanafi menemukan sebuah sepeda super karatan. “Pada waktu itu dapatnya di daerah Kuin Cerucuk dengan kondisi memilukan, frame berkarat, rantai putus, ban hancur, pelang berkarat, sedih pokoknya, tapi karena racun akhirnya diboyong juga itu sepeda. Alhamdulillah sampai ke rumah kena omelan dan bully keluarga,” gelak Hanafi, mengingat banyak sepeda yang bagus tapi kenapa harus beli sepeda hancur.

Seiring berjalannya waktu sepeda penuh karatan pun bangkit dengan pilok 20 ribuan tampil keren penampakannya. Sugesti dan imajinasi pun kembali bermain dalam pikiran, iseng iseng hunting komunitas MTB Federal Indonesia dan ikut bergabung di grup facebooknya. Disitu lah awal-awal bertemu dengan teman-teman mengatasnamakan Federal Borneo (Fedborn) yang diketuai Zulfi Onoffon.

Terasa tingkat persaudaraan dalam komunitas kental sekali. Dalam hati berkata ini yang dicari Hanafi, jiwa petualangnya dan kesenangan menjalin tali silaturahim harus bangkit. Menurutnya ini komunitas yang cocok buat miskin dan kaya sama sama memakai sepeda besi setarap tukang sayur.

Racun pun semakin menggelora mencari tahu keberadaan Fedborn sebuah komunitas Federal di Kalimantan. Disela sela semangat empat lima membara ada seorang kawan Hanafi menyarankan minta pertemanan facebook dengan Odienk. Di beranda facebook inilah pencurian ilmu ber Federal dimulai. Ternyata Federal memang cocok dipakai touring dan komunitas Fedborn pun ada terlihat postingan Odienk di dinding facebooknya sebuah foto seorang lelaki memakai kaos berlogo Fedborn sedang menghadap ke Jembatan Barito.
Pikiran Hanafi pun berhayal seandainya bisa bergabung dengan Fedborn gimana caranya. Suatu hari ketika asik memposting foto Federal di grup facebook MTB Federal Indonesia, salah satu anggota grup, Yamani mengomentari pakai bahasa Banjar “Pian kah yang lewat jalan S Parman pagi tadi pas ulun handak ke kantor, mantap Federalnya,” ujar Yamani.

Dari cuapan komentar di facebook itu maka terbentuknya grup WA Fedborn yg dibuat Zulfi. Kopdar pun dilaksanakan, kopdar pertama saya bersama kawan kawan Fedborn. Awalnya kena racun akhirnya bisa meracuni Agus tetangga sendiri. “Dan alhamdulillah beliau mau diracuni. Seiring berjalannya waktu kami pun sering touring tanpa tujuan. Racun adalah racun, racun takkan berhenti mengotak atik saraf kepala, fikiran yang terbentuk bila melihat orang bersepeda besi terus terobsesi pada sepeda tua besi yang bernama Federal,” pungkas Hanafi. (Bersambung/ Radar Cycling)

Abdul Hakim Ahmad

Fedborn Chapter Gambut Kabupaten Banjar.

WAKTU itu ada event gowes di Banjarbaru, tepatnya di wilayah Cindai Alus, ada even yang digelar salah satu komunitas sepeda, Demet Banjarbaru, 19 Agustus 2018. Di sinilah saya berkenalan dengan para pecinta Federal. Di tengah perjalanan gowes yang cukup melelahkan saya melihat ada sepeda Federal dalam event gowes tersebut. Federal (Torino) warna hijau tua dengan style MTB dengan balutan ban Maxxiss. Tentu saja ini mengejutkan saya, kok ada Federal di tengah hutan. Saya pun dengan setengah berteriak, “Ada Federal, ada Federal”. Tentu saja hal itu mengejutkan sang pemiliknya, bahkan barangkali dikira saya akan membegal sepeda kesayangannya. Perjalanan pun saya lanjutkan dengan mengayuh sepeda saya dengan sambil membayangkan asyiknya punya Federal.
Menjelang sampai ke finish tak disangka saya ketemu lagi dengan pegowes Federal yang lain. Yang menggowes Federal Lady seri Muddycat warna orange. Saya pun memberanikan diri menyapa pria tersebyut. “Pakai Federal ya om” Pria itu pun dengan gaya cengengesan menjawab, “ya om”. Dengan tanpa basa-basi saya pun menembak pria tadi, “Mau dijual ya om Federalnya,” jelas saja pria tersebut sangat terkejut karena Federal miliknya yang selalu setia menemani di setiap gowes mau dibeli orang yang tidak dia kenal. Kemudian kami berkenalan, pria ini mengenalkan diri dengan nama Jihan. Jihan ini adalah teman akrab dari pemilik Torino, Ari, yang saya temui di tengah semak tadi. Dengan sangat semangatnya dia memperlihatkan foto koleksi Federalnya kepada saya. Dengan sangat terkagum-kagum saya memelototi fotonya satu persatu.

Dari dua orang pecinta Federal inilah akhirnya saya bisa memiliki sepeda federal kesayangan saya dengan seri City Cat dan mengenalkan saya komunitas Federal Borneo (Fedborn). Yang saya suka dari komunitas ini adalah semua anggota baik hati, selalu bersedia berbagi pengalaman mengenai sepeda Federal dan selalu bahagia dengan koleksi Federalnya. (Fedborn/Radar Cycling)

Catatan:

[1] Federal

PROYEK Federal dipicu oleh situasi krisis moneter tahun 86-an. Saat itu jajaran manajemen Astra mencari peluang ekspor. Ada beragam usulan, akhirnya sepeda yang dipilih karena di Eropa waktu itu sedang tren sepeda.

Saat itu produksi sepeda Federal mencapai lebih dari 500.000 unit/bulan. Karena kepopulerannya, Federal menjadi merek yang dibajak. Banyak pabrik sepeda rumahan yang meniru sepeda produksi FCM. Untuk mengatasinya, FCM memasang stiker hologram di rangka sepeda, serta mencantumkan serial number.

Perlu waktu dua hari untuk memproduksi sebuah sepeda. Per hari bisa dibuat lebih dari seribu buah. Produksi FCM ada yang groupset dan ada yang campuran. Tapi intinya, FCM maunya fullset. Spesifikasi paling tinggi memakai LX.

Sistem penggerak campuran digunakan untuk menekan harga. Tapi pencampuran itu atas rekomendasi Shimano. Yang jelas, komponen sepeda produksi FCM selalu bisa menerima chainline miring sekalipun.

Ada dua keunggulan sepeda produksi FCM. Yakni pada proses pengelasan dan kedua, pengecatan. Las yang digunakan lebih kuat dari pengelasan motor, dengan las argon tig, yang dikerjakan secara handmade. Sementara pengecatan dilakukan melalui 4-5 tahap: cat dasar, cat tambahan, cat utama, decal, coating. Proses pengecatan Federal adalah murni didesain oleh FCM, menggunakan spraygun yang memang khusus untuk menciptakan warna dan corak berbeda-beda tersebut.

FCM menggunakan kode untuk merinci sepeda buatannya. Misalnya FMG 12 CX, artinya Federal-MTB-Gents grade1 tahun 92 Chromoly-Oversize. Semakin kecil angka grade, semakin bagus spesifikasinya.

FCM juga membuat Kuwahara, misal; M4.5, M4.0, M3.5. Juga membuat seri Federal dan Kuwahara khusus untuk pameran, seperti di Taiwan (Taipei Cycle Show), Jepang (Tokyo Cycle Show), Los Angeles. Tipe pameran tersebut khusus ekspor.

(Catatan untuk Kuwahara: M4.5 sebenarnya bukan untuk lokal, tapi sisa ekspor. Ada istilah LE, Limited Edition, tapi bukan LE karena edisi terbatas, melainkan sisa ekspor yang disesuaikan dan dijual di pasar lokal. M3.5 tubing dari Jepang tapi dilas di Indonesia, sedang M4.5 fullframe dari Jepang. Keduanya berbahan chromoly. Terbukti FCM sudah bisa mengelas chromoly.

Perbedaan antara Federal dan Kuwahara adalah ujung seatstay Kuwahara menggunakan lugs dan menjadi satu dengan seatpin. Nah, jika mendapati Federal yang menggunakan sistem tersebut berarti lugs-nya berasal dari Kuwahara-Jepang dan disambung di Indonesia. Frame Federal lain yang juga diimpor seperti frame-frame alumunium.

Kala itu saingan Federal hanya Inserasena, Polygon dan Wimcycle. Tapi mereka bermain di sepeda mini, balap dan jengki. Federal yang mengawali jenis MTB, yang akhirnya orang menyebut MTB sebagai Federal.

Sayangnya, isu dumping membuat Federal mati. Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) menganggap FCM menjual sepeda di luar Indonesia lebih murah daripada di dalam negeri. Kenyataannya memang begitu karena impor parts sepeda mendapat fasilitas bebas bea masuk. Dengan catatan, sepeda-sepeda rakitan tersebut untuk diekspor.

Selain itu, ada beberapa sepeda Federal tipe hi-end yang spesifikasinya berbeda antara yang diekspor dan dipasarkan di dalam negeri. Seperti Competition, spesifikasi untuk ekspor lebih rendah dari pada spesifikasi untuk dalam negeri sehingga harganya lebih murah.

Langkah MEE tersebut kemungkinan untuk memproteksi produksi sepeda mereka (misal; Belanda dan Inggris, dll). Selain Indonesia, Taiwan juga terkena sanksi dumping MEE, tapi mereka berhasil bertahan.

MEE akhirnya mencabut isu dumping tersebut tahun 2004. Sayangnya FCM sudah menghentikan produksi tahun 1996 dan bubar setahun kemudian. Kebetulan bisnis motor mulai membaik sehingga pabrik perakitan sepeda dialihkan fungsi menjadi pabrik perakitan motor. Apalagi, konsep pabrik sepeda Federal mirip dengan pabrik motor yang menggunakan ban berjalan untuk proses perakitannya. (Dari beberapa sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *