Menikmati Segarnya Air Terjun

Feature

Fedboners Gowes Wisata Bajuin Tanah Laut

SETELAH Beberapa kali touring atau gowes di wilayah Kabupaten Banjar, seperti Karang Intan, Gunung Mawar, Benteng Belanda Mandiangin dan Gunung Matang Keladan. Kali ini beberapa member Federal Borneo (Fedborn) berkeinginan menjajal wilayah Tanah Laut. Dan bersepeda kali ini yang dipilih wisata Air Terjun Bajuin. Bajui ini dipilih dengan alasan mau merasakan sensasi mandi di bawah guyuran air terjun Bajuin.

Kawasan air terjun Bajuin yang kami datangi dengan menggunakan sepeda Federal tersebut berjarak sekitar 71 kilometer dari Banjarmasin. Air Terjun Bajuin terletak di Desa Sungai Bakar Kecamatan Bajuin Kabupaten Tanah Laut. Dari pusat kota Pelaihari air terjun ini berjarak sekirar 14 kilometer.

Fedboner yang ikut di touring Bajuin ini ada lima orang, yakni Kifli, Teguh, Jihan, Aspi dan Hakim. Aspi merupakan anggota baru dari Fedborn yang menyatakan diri ikut bergabung dalam touring kali ini. Kami sebenarnya cukup terkejut dengan keberanian Aspi untuk ikut ambil bagian dalam touring ini. Karena kalau dilihat dari pengalaman gowes jarak jauh belum memiliki pengalaman apapun. Dengan modal semangat dan ingin membuktikan bahwa dia juga bisa menyelesaikan tantangan ini lah yang membuat dia sangat antusias mengayuh sepeda federalnya.

Tepat jam 7.00 wita hari Minggu, 3 Februari 2019 kami berkumpul di depan Indomaret KM. 12,200. Di sini sudah ada Kifli, Aspi dan Hakim. Sedangkan Teguh dan Jihan masih bersiap-siap dari Banjarbaru. Kifli, Aspi dan Hakim pun mulai menggowes Federalnya dengan sambil diselingi candaan dan gelak tawa. Kebahagiaan saat gowes, apalagi waktu touring memang sesuatu yang berbeda dengan gowes sendirian ataupun saat mengikuti event. Gowes touring rasanya sangat menantang nyali dari masing-masing federalis, apalagi kalau jarak tempuhnya juga cukup jauh.

Tepat di Kilometer 19 kami bertemu dengan beberapa pegowes dari club MTB, GBBC. Kami pun sambil bercanda menawarkan agar mereka juga bergabung dalam touring ini. Akan tetapi kayaknya mereka lebih memilih untuk gowes di sekitar Kota Banjarbaru saja.

Setelah sekitar 2 jam kami menggowes, kami melakukan pitstop di Simpang Tiga Bentok, Bati-Bati, tepatnya di sebuah warung pisang kipas, yang juga langganan kami saat gowes ke wilayah Pelaihari.

Setelah menikmati pisang goreng kipas, akhirnya dua Fedborners Banjarbaru, Teguh dan Jihan bergabung dengan rombongan.

Kami pun bergegas menggowes sepeda ke arah Pelaihari, mengingat jarak tempuh yang masih jauh, sekitar 40 kilometer jaraknya ke Bajuin dan waktu sudah menunjukkan pukul 9.30 wita. Setelah menempuh jarak 19 kilometer berikutnya kami pitstop ke-2 di Mesjid Sei Jelai, Tambang Ulang untuk meregangkan persendian yang sudah mulai lelah sambil menikmati snack dan air putih yang sudah disiapkan dan tersimpan dalam pannier yang kami bawa masing-masing.

Setelah beberapa saat kami pun melanjutkan perjalanan. Dan tepat pukul 11.30 kami menaiki tanjakan Gunung Kayangan dan melewati sebuah taman, yang dikenal dengan Taman Gerobak Sapi. Melihat spot yang menarik untuk berfoto bersama, kami pun melambatkan kayuhan sepeda dan memarkir sepeda di sekitar taman. Di depan tulisan “Pelaihari” dan patung gerobak sapi, kami berfoto bersama di atas teriknya matahari dan tiupan angin yang sepoi-sepoi.

Sekitar pukul 12.00 siang rombongan touring pun sampai ke Kota Pelaihari. Kami memutuskan untuk makan siang di sebuah warung di pinggiran kota. Dengan suguhan menu nasi remes dan nasi pecel ditambah dengan teh hangat, perut kami pun terasa kenyang dan merasa siap lagi untuk melanjutkan perjalanan.
Tak berselang lama, azan zhuhur pun berkumandang di sebuah langgar, berseberangan dengan warung makan tadi. Kami pun segera menuju Langgar dan ikut shalat zhuhur berjamaah.

Setelah beberapa saat kemudian kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Bajuin. Hakim pun membuka aplikasi Google Maps untuk memastikan arah yang dituju dan berapa jarak yang ditempuh sampai ke tujuan. Ternyata hanya berjarak 14 kilometer lagi kami akan sampai di Bajuin. “Jarak yang cukup dekat,” sahut Kifli.

Sementara Teguh dan Jihan menyempatkan untuk singgah di sebuah warung untuk membeli ubi ungu untuk direbus nantinya. Setelah mengayuh beberapa kilometer, kami memasuki jalan utama menuju Bajuin, jalan itu bernama Jalan Atu-Atu. Tepat di sebuah kios Aspi pun membeli beberapa bungkus mie goreng dan kopi. Teguh rupanya sangat tertarik dengan deretan buah durian yang ada di samping kios tadi. Kifli dan Jihan membantu memanggil pemiliknya. Tak berapa lama muncul paman penjual durian dan membuka buah durian yang telah dipilih. Teguh lah yang paling banyak menikmati buah durian, sedang yang lain hanya berani mencicipinya beberapa butir isi di dalamnya saja.

Hanya sekitar 10 kilometer lagi perjalanan kami akan segera sampai ke tujuan. Jalanan aspal yang menanjak dan sedikit berlobang harus kami lalui. Saat sampai ke pintu gerbang Wisata Air Terjun Bajuin, Teguh yang memiliki perawakan kekar memberanikan diri menanyakan kepada penjaga Kawasan Wisata ini, “Bolehkan kami naik pakai sepeda ke atas yang ada air terjunnya,” tanya Teguh.

Penjaganya pun memperbolehkan kami untuk naik dan membawa sepeda ke atas air terjun. Dengan menaiki anak tangga yang terbuat dari semen yang sudah mulai retak dan jalan tanah bergelombang disertai banyaknya akar pohon yang menjalar keluar, kami akhirnya sampai ke puncak gunung Bajuin sekitar pukul 15.00 Wita.

Setelah berfoto di atas puncak Bajuin, kami pun turun ke bawah untuk menyaksikan dan menikmati air terjun Bajuin. Teguh, Jihan dan Hakim menghamparkan matras. Sementara Kifli dan Aspi sibuk menyiapkan alat masak. Kifli mulai menyalakan kompor memasak air untuk menyeduh kopi. Sementara Aspi memasak air untuk merebur mie goreng dan ubi. Sambil menunggu menu spesial siap dihidangkan, Hakim, Jihan dan Teguh menuruni tangga menuju air terjun dan mandi di bawah guyuran air terjun. Airnya ternyata sangat dingin. Setelah air kopi sudah selesai dibuat, Kifli pun bergabung mandi bersama di bawah air terjun.

Sementara Aspi menyelesaikan memasak mie goreng. Saat mie goreng dan kopi sudah siap, kami pun menikmatinya bersama-sama dengan disemuti perasaan gembira dan bahagia. Kifli sambil menyantap mie goreng juga merebus ubi yang telah dibeli di tengah perjalanan tadi.

Aspi rupanya juga ingin merasakan sejuknya air terjun, dia mandi di bawah guyuran air terjun sambil menggosok badannya dengan sabun, agar badannya kembali segar dan harum.

Kami pun merasa terhibur dengan hadirnya sekawanan monyet di pinggiran puncak air terjun. Monyet-monyet itu melompat, bergumul dan bermain dengan kawannya. Kifli pun sesekali mencoba melemparkan ubi rebus ke kawanan monyet tersebut. Namun sayang lemparannya masih sangat jauh dengan tempat monyet itu.

Waktu Ashar pun sudah tiba dan kami secara bergantian shalat Ashar di atas dataran yang berada tepat di depan air terjun. Setelah merasa puas dan bahagia menikmati indahnya air terjun Bajuin sekitar pukul 17.00 sore kami segera membereskan barang bawaan dan membuatnya dalam pannier yang menggantung di sepeda federal.

Rombongan pun meninggalkan wisata Air Terjun Bajuin dengan lega dan perasaan haru, terutama hal ini dirasakan langsung oleh Aspi. Dia tidak mengira ternyata mampu sampai ke Bajuin hanya dengan menggowes sepeda Federalnya. Bahkan kembali ke rumah juga dengan bersepeda. Dia pun mengungkapkan dengan slogan yang lugas, “Touring bersama Federal memang mantap,” ujar Aspi.

Barangkali ada sebuah pengalaman baru yang didapatkan oleh Aspi, anggota baru dari Fedborn Chapter Batola, bahwa dalam touring itu kesiapan mental dan motivasi dari kawan-kawan merupakan kunci kesuksesan touringnya. Jarak yang jauh serta jalan menanjak yang dilalui seolah bagai irama lagu yang harus dinyanyikan sesuai dengan irama gowesan Federal yang dikayuhnya, sehingga kayuhan itu menghasilkan sebuah irama yang menyampaikannya ke tempat yang akan dituju. (Hakim/ Radar Cycling)

Foto-Foto : Hakim for Radar Cycling

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *