Penasaran Nanjak Pakai Federal

Touring

Fedborn Gowes ke Bukit Matang Kaladan Aranio

DAYA Tarik Bukit Matang Kaladan, Riam Kanan Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar memang tidak diragukan lagi. Gugusan pulau-pulau kecil dilihat dari tampak atas Matang Kaladan yang seolah melihat miniatur Raja Ampat Papua, menjadi magnet untuk dikunjungi.

Tak terkecuali beberapa cyclis dari Federal Borneo (Fedborn) yang mengaku penasaran dengan keindahan Aranio dari atas Bukit Matang Kaladan tersebut. Namun yang utama sebenarnya bagi kawanan Fedborn ini adalah penasaran ingin naik ke atas bukit memakai sepeda jenis touring untuk “menaklukan” rute tanjakan menuju bukit tersebut.

Dan Minggu, 20 Januari 2019 kemaren, enam goweser Federal Borneo, Kifli, Hakim, Anto, Jihan, Apul, Kiky dan Jihan menebus rasa penasaran tersebut dengan bersepeda dari Banjarmasin ke Matang Kaladan Aranio.

Selain kesiapan fisik, keenamnya juga memastikan kesiapan kondisi sepeda, mengingat perjalanan lumayan jauh. Mulai pengecekan rear derailleur (RD),
front derailleur (FD), rantai diberi pelumas dan pengecekan tekanan ban. Serta memastikan barang bawaan yang dimuat dalam tas pannier tidak ketinggalan. Seperti baju ganti, jas hujan, toolkit, air mineral, snack, bahan makanan. Alat masak, seperti kompor, nesting dan cangkir, serta matras guna kepentingan shalat dan kebutuhan lainnya.

Start jam 06.30 Wita di perpustakaan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Km 6 Banjarmasin. Jarak yang ditempuh dari Banjarmasin ke Aranio kurang lebih 65 kilometer. Beberapa Fedborners, seperti Mochris dan Zainal juga mengiringi Kifli dan kawan-kawan bersepeda sampai kawasan Liang Anggang, namun karena kesibukan, keduanya tidak ikut gowes ke Matan Kaladan.

Sekitar pukul 08.00 Wita kelima Fedborners tersebut istirahat di depan Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru Km 25, sejenak mencoba meregangkan otot-otot yang sudah mulai panas. Di Banjarbaru, Jihan, Fedborn Chapter Martapura baru bisa bergabung dengan Kifli dan kawan-kawan. Di Banjarbaru, sebenarnya Teguh dan Ari Fedborn Chapter Banjarbaru juga ingin bergabung, namun kesibukan yang mendadak memupuskan keinginan keduanya ikut bergabung.

Hujan menjadi salah satu kendala dari perjalanan ini. Dari Banjarbaru, setelah beberapa kilometer berikutnya Anto dan kawan-kawan kembali istirahat untuk menikmati makan siang di sebuah warung yang menyediakan menu khas berupa nasi pecel dan nasi rawon.

Dengan perut yang sudah terisi asupan makanan tadi, keenam Fedborners tersebut melanjutkan perjalanan sisa yang berjarak sekitar 30 kilometer. Rute ini tentunya sangat menguras tenaga. Rute yang dijalani lumayan dengan beberapa tanjakan panjang atau berkarater rolling.

Dan perjalanan keenamnya harus berhenti tepat di depan Puskesmas Aranio, karena Anto mengalami kram otot di bagian kaki sebelah kirinya. Untung dengan singgap setelah diberi hotcream, Anto akhirnya merasa nyaman dan bisa melanjutkan perjalanan.

Tepat pukul 11.30 rombongan Fedborn sampai di Kantor PLTA Riam Kanan, Aranio. Hakim dan kawan-kawan istirahat sambil menikmati buah langsat (duku) yang dibeli diperjalanan. Keenam Fedborners tersebut juga memanfaatkan waktu istirahat tersebut untuk berfoto-foto.

Setelah dirasa cukup memulihkan kondisi. Tepat pukul 12.00 wita keenamnya kembali gowes menuju Matang Kaladan di tengah guyuran hujan yang sangat lebat.

“Kami pun berhenti sebentar dan memeriksa kesiapan untuk melanjutkan perjalanan. Namun hujan tidak kunjung reda kami memutuskan singgah di Masjid Al -Muhajirin sekaligus melaksanakan shalat Zhuhur berjamaah,” ungkap Hakim.

Usai sholat, hujan tidak reda juga sampai waktu menunjukkan pukul 14.00 Wita. Jihan dan kawan-kawan memutuskan untuk tetap bergowes ke Bukit Matang Keladan di tengah guyuran hujan yang cukup lebat.

Setelah melewati sebuah jembatan gantung, mereka membayar retribusi masuk ke wisata Matang Keladan sebesar Rp. 3.000,- perorang. Dengan wajah basah kuyup disertai balutan jas hujan mereka menaiki kaki Bukit Matang Keladan dengan beberapa kayuhan yang meletihkan dan mendorong sepeda saat tanjakan yang kemiringannya lumayan hampir 30 derajat.

Di tengah sebuah tanjakan yang sangat tinggi, Hakim dan rekan-rekan sejenak berhenti dan menunggu Kifli yang tidak muncul-muncul di belakang. Tak lama kemudian Kifli pun muncul dengan sedikit meringis sambil menahan rasa sakit di kakinya. Ternyata Kifli mengalami insiden kecil saat pada tanjakan pertama memasuki kaki Bukit Matang Keladan terjatuh dan tidak mampu mengendalikan laju sepedanya.

Hujan yang masih lebat dan tanjakan yang tinggi tidak mematahkan semangat sebagai upaya menuntaskan perjalanan naik ke Bukit Matang Kaladan. Akhirnya tepat pukul 15.00 wita, sampai di titik akhir yang dinantikan.

Dengan teriakan dan tawa keenamnya meluapkan kegembiraan setelah sampai puncak dan melihat pemandangan danau yang hijau dan gugusan pulau-pulau kecil yang diselimuti kabut dari atas puncak Bukit Matang Keladan.

Puas menikmati keindahan Aranio dari atas, mereka (Fedborners, red) mengeluarkan bahan makanan dan air yang telah disiapkan untuk mengganjal rasa lapar dan dahaga setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan menantang. Ada yang menyalakan kompor untuk membuat kopi, merebus mie goreng dan pisang.

“Tentunya sambil berfoto-foto dengan latar pemandangan di atas Bukit Matang Kaladan, sebab rugi bila tidak mengabadikannya,” gelak Apul.

Waktu menunjukkan pukul 16.30 wita, keenamnya memutuskan turun kembali dan kembali sholat Ashar berjamaah. Setelah hujan sudah reda, mereka melanjutkan perjalanan pulang menuju Banjarmasin. Sebelum waktu Maghrib, sudah sampai di Kota Banjarbaru. Dan akhirnya kurang lebih pukul 22.00 wita, semua sudah sampai di tempat peristirahan masing-masing di Banjarmasin.

“Gowes ke Matang Keladan merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi kami untuk mengasah kemampuan dan endurance sebagai pegowes yang suka tantangan dan rute perjalanan jauh,” ungkap Kiki. (Hakim/Radar Cycling)

Foto- Foto : Hakim Fedborn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *