Susuri Kampung Hijau dan Kampung Sasirangan

News

Gowes Kayuh Baimbai Walikota Banjarmasin dan Danrem 101/Antasari

WALIKOTA Banjarmasin, H Ibnu Sina, Danrem 101 /Antasari, Kolonel Inf M Syech Ismed,  dan Komandan Kodim 1007 Banjarmasin, Letkol Inf Nopid Arif S, sabtu (2/1/2019) berkesempatan gowes bareng bersama menyelusuri kota Banjarmasin.

Dan kali ini Kampung Sasirangan di kawasan pinggiran Sungai Jingah jadi destinasi utama Gowes Kayuh Baimbai Banjarmasin yang juga diikuti beberapa komunitas sepeda di Banjarmasin.

Start dari kediaman Walikota di Komplek Dharma Praja pukul 6.45 wita Ibnu Sina dan ratusan goweser meluncur ketempat kediaman Danrem Kolonel Inf M Syech Ismed,  yang sudah menunggu.

Setelah berfoto-foto bersama, rombongan goweser menuju kampung Sasirangan di kawasan Seberang Mesjid dan menyisir sungai lewat titian kayu dan beton menuju Kampung Biru dan Kampung Hijau.

Kampung Hijau berada di kawasan bantaran Sungai Bilu Banjarmasin Timur. Diberi nama Kampung Hijau karena rumah di pemukiman sepanjang bantaran Sungai Martapura tersebut dominan warna hijau. Kampung Hijau semakin cantik, karena jalan-jalan dan pagar warga diberi ornamen hiasan.

Rombongan juga berkesempatan berfoto bersama disalah satu spot favorit di Kampung Hijau tersebut. Yakni rumah pohon yang dibangun tepat di dekat dermaga kecil di sungai Martapura tersebut.

Puas berfoto-foto, rombongan Danrem melanjutkan perjalanan bersepeda melewati pemukiman Sungai Bilu menuju kawasan Kampung Sasirangan Sungai Jingah Banjarmasin Utara. Sentra pengerajin kain sasirangan menjadi destinasi utama dalam gowes Kayuh Baimbai Banjarmasin ini. Yakni Pasar Sasirangan.

Para goweser diajak untuk melihat-lihat sentra pengerajin Kain Sasirangan dan penjualan yang langsung dilakukan warga setempat. Hampir setiap rumah warga memamerkan hasil karyanya untuk dijual. Dan Sabtu adalah hari yang tepat untuk berkunjung ke Pasar Sasirangan di Kampung Sungai Jingah tersebut, karena Sabtu hampir semua warga yang memproduksi Kain Sasirangan memamerkan dan menjual produksinya depan rumah maupun dipinggir jalan. Dan Pemerintah Kota Banjarmasin melalui Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin membantu dalam hal mempromosikan dan memfasilitasi Kampung Sasirangan tersebut.

Menurut Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina, Pasar Sasirangan setiap Sabtu akhir pekan ini sebagai upaya Pemerintah Kota Banjarmasin bersama pengrajin sasirangan untuk menghadirkan kain Sasirangan yang berkualitas tapi harga murah. Pokdarwis Sungai Jingah binaan Disbudpar sebagai pengelola sudah bersepakat dengan para pengrajin Sasirangan agar ke depan Pasar Sasirangan Sungai Jingah ini (Sujing Ba’sasirangan) bisa seperti Pasar Batik Klewer atau Beringharjo di Jogjakarta.

“Banyaknya permintaan Sasirangan dari berbagai daerah akan berdampak pada pendapatan para pengrajin secara langsung. Dan ini menjadi titik baru destinasi wisata di Kampung Banjar Sungai Jingah,” ungkap Ibnu.

Tidak itu saja untuk mendukung pengerajin Kain Sasirangan lainnya di Kota Banjarmasin, Pemerintah Kota Banjarmasin bakal menggelar Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2019. Dan ada rencana juga ada menggelar Indonesian Fashion Week dengan mengusung tema Sasirangan to The World.

“Gowes susur sungai melewati kampung biru, kampung hijau, ke kampung sasirangan menyempatkan belanja kain Sasirangan di sela gowes asik juga. Inilah perbedaan goweser laki-laki dan perempuan, yang perempuan pulang bawa belanjaan,” gelak Irma Yusnita dari Uniska Cycling Club yang juga goweser Srikandi Cycling Club Banjarmasin.

Puas berbincang-bincang dengan warga Sungai Jingah. Rombongan goweser melanjutkan perjalanan menyelusuri Sungai Jingah. Goweser melihat keberadaan rumah-rumah tua khas Banjar di kawasan Kampung Sungai Jingah, Banjarmasin Utara tersebut.

Kampung Sungai Jingah adalah salah satu kawasan perkampungan tua di tepi Sungai Martapura, di Banjarmasin. Kampung ini hanya berjarak sekitar 2-3 km dari pusat kota, dan secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara. Yang menarik, di kampung tersebut terdapat banyak rumah-rumah tua khas Banjar. Terbukti dengan tulisan yang terdapat di rumah-rumah yang ada di kawasan ini.

Pemerintah Kota Banjarmasin, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banjarmasin, mencatat bahwa sedikitnya ada 50 unit rumah tua khas Banjar. Sejak tahun 2016, kawasan Kampung Sungai Jingah, oleh Disbudpar kota Banjarmasin dijadikan salah satu destinasi wisata, dari 36 destinasi wisata yang ada di kota Banjarmasin.

Salah satunya, rumah yang ditempati oleh M Rasyid. Rumah Banjar berjenis Bangun Gudang, yang dibangun sejak tahun 1925. Rumah bercat warna krem dan sedikit perpaduan cat warna hijau itu, masih berdiri kokoh. Menurut penuturan M Rasyid, rumah tersebut milik kakeknya, H A Ganikamar.

“Kakek punya anak 14 orang. Dulu semua tinggal di rumah ini. Sekarang sudah tidak lagi. Hanya saya, istri, anak dan ibu yang menempati,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin.

Dari penuturan M Rasyid, yang didapatkan dari cerita sang kakek, dahulu kawasan Kampung Sungai Jingah merupakan tempat berkumpulnya armada kapal besar yang melakukan aktivitas perdagangan antar pulau. Sementara komoditas utama yang diperdagangkan adalah tembakau. Selain itu, rumah-rumah besar khas Banjar sangat banyak terlihat dan berdiri masih kokoh.

“Yang saya tahu, kini hanya beberapa saja yang masih ditinggali atau layak huni. Sementara sebagian lainnya dibiarkan terbengkalai begitu saja,” ungkapnya.

Selain sarat akan nuansa tempo dulu, di kawasan Kampung Sungai Jingah juga terdapat situs Makam Syekh Jamaluddin (Kubah Surgi Mufti). Makam tersebut menjadi objek wisata ziarah yang dikelola oleh pemerintah dan ditetapkan sebagai benda cagar budaya yang dilindungi oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992.

Menurut penuturan juru kunci makam, Siti Armiziah Arsyad, ketika ditemui Radar Banjarmasin, Jumat (8/9), Syekh Jamaluddin dilahirkan kira-kira tahun 1817 M/1238 H di desa Dalam Pagar, Martapura. Beliau merupakan cicit (buyut) Datu Kalampaian (Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari).

“Menimba ilmu dan bermukim cukup lama di Mekkah yakni sekitar 40 tahun. Guru-guru Syekh Jamaluddin sewaktu di Mekkah adalah Alimul Allamah Syekh Athaillah,” jelasnya.

Setelah pulang ke kampung halaman, Syekh Jamaluddin berkiprah sebagai ulama sebagai generasi penerus datu beliau yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Sementara pada masa pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya pada tahun 1314 H Syekh Jamaluddin diangkat menjadi mufti yang berkedudukan di Banjarmasin.

“Oleh sebab itu beliau dikenal dengan sebutan Tuan Mufti Banjar. Insya Allah hari Sabtu, tanggal 30 September mendatang, haul beliau kembali digelar,” pungkasnya.

Sebagai mufti, Syekh Jamaluddin merupakan hakim tertinggi yang mengawasi pengadilan umum di bidang syariah. Jabatan mufti sebenarnya berasal dari lembaga Mahkamah Syariah yang telah eksis sejak masa kerajaan Banjar dan pembentukannya digagas oleh Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

“Kami dari goweser Goewa sangat senang sekali gowes bersama Bapak Walikota. Silatuhrahminya sangat akrab kami tunggu gobernya berikutnya,” harap Kai Norman.

Menurut Yusri Noor dari Pelindo Cycling, gowes hari ini bagus sekali walau rute pendek, tapi blusukan ke kampung yang belum pernah dilewati. Goweser yang akrab dipanggil Om L berharap acara gowes bersama Walikota Banjarmasin ini dilaksanakan setiap minggu sekali dengan Kapolda, Danrem, Dandim dan Kapoltabes Banjarmasin.

“Jadi makin dekat dengan komunitas gowes yang ada di Banjarmasin. Serta menambah keakraban dengan masyarakat atau memasyarakatkan bersepeda di Banjarmasin,” harap Om L.

Sebelum menuju balik ke finish kediaman masing-masing. Walikota Banjarmasin Danrem 101/Antasari, Dandim 1001 Banjarmasin dan goweser lainnya menyempatkan diri sarapan pagi nasi kuning di Pasar Lama. Walau sederhana sajiannya makan di warung, tapi keakraban para goweser sangat terasa. (odienk/war/Radar Cycling)

Foto- Foto : Radar Cycling/Club Sepeda Sejahtera.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *