Respect the Climb

Roadbike

Cyclis Kalsel di Herbana Bromo KOM Challenge 2019 (Bagian Pertama)

USAI Sudah Herbana Bromo KOM Challenge 2019. Lebih dari 50 Cyclis asal Kalimantan Selatan termasuk lebih dari 1.000 cyclist dari 13 negara lainnya, merasakan bagaimana “Siksaan” yang mendera mereka saat bersepeda sejauh 100 Km dari Surabaya, terutama siksaan menanjak di 25 Km terakhir mulai Pasuruan ke Wonokitri Bromo dengan ketinggin lebih dari 2.000 meter.

Baik yang berhasil menuntaskan tantangan sesuai jadwal atau yang finish di bawah COT (cut off time), semua sepakat even sepeda Bromo ini memberikan pengalaman yang tidak terlupakan. Semua sama-sama masih ingin kembali tahun depan, terutama yang masih penasaran belum bisa menaklukan tanjakkan sepanjang menuju Wonikitri.

Baik cyclis Kalsel yang ikut kategori Roadbike, Sepeda Lipat dan Brompton mengaku puas atas keikutsertaan tahun ini. Tentunya juga bersedih bagi yang tidak bisa menuntaskan tantangan. Tapi semua mengaku tidak kapok walau kaki menderita, akibat kram dan lain-lain.

Bayu Asmoro dari Patriot Banjarmasin memberikan review Bromo Kom Challenge 2019 kali ini. Baginya race kali ini rapi dan pelaksanaan yang bagus serta matang terlihat dari jalan yang cukup steril dari start sampai finish. Water station yang lengkap konsumsinya, team mekanik yang hampir selalu ada terlihat disepanjang jalan menambah suksesnya acara ini.

Keindahan pemandangan dan sejuknya udara pengunungan Bromo menjadi daya tarik utama dan alasan cyclist dari seluruh penjuru indonesia dan beberapa negara selalu hadir dalam acara ini.

“Menanjak sejauh 25 Km akan menjadi sangat berat jika tidak dibekali dengan latihan dan strategi yg baik. Wajar jika hasilnya banyak sekali peserta yang gagal finish di bawah waktu yang ditentukan dan pulang tanpa medali,” ungkap Bayu.

Tetapi ketatnya aturan tersebut justru makin menambah rasa penasaran para cyclist untuk balik lagi tahun depan membuktikan kemampuannya.

Bayu memberikan ucapan selamat kepada seluruh cyclis Kalsel yang telah finish sampai puncak, dan bagi yang belum finish jangan kapok serta harus membuktikan lagi tahun depan.

“Nikmatilah perihnya 25 Km tanjakan dengan senyum dan kebahagian bersepeda yang sulit didapatkan selain di Bromo Kom Challenge, Respect the Climb,” ungkapnya.

Siksaan tanjakan Bromo KOM kali ini akui Muhammad Riza Fakhroni, cyclis Roton Banjarmasin, “Bikin mati gaya. Segala gaya gowes keluar. Berdiri nunduk, pantat agak mundur. Tetap hasilnya kram sana- sini. Akhirnya dua kali terhenti, tapi diam juga tidak akan merubah apa-apa,” aku Riza.

Menurut Toni Keke, Cyclis asal Tanah Bumbu, ikut Herbana Bromo KOM Challenge 2019 ini adalah perjuangan menggapai mimpi. “Baru pertama kali ikut Bromo KOM. Alhamdulilah dapat medali finisher. Wow luar biasa tanjakannya. Tahun depan I am rebound,” janji Toni.

Atau seperti yang diungkapkan Irwan Limantara, “Event Bromo selalu luar biasa, pertama menanjak Bromo di 2017 gagal, dan berhasil sukses di 2019 dengan catatan waktu di luar perkiraan,” kata Irwan dengan bangga.

Agus Santoz juga tidak bisa berkata-kata lagi. Ini adalah momen bahagia bisa lolos alias lulus tantangan dari Bromo KOM. “Summit finish setelah disiksa oleh panitia riding 100 Km dan menanjak 2000 mdpl. Tersiksa memang tapi bikin ketagihan ingin nanjak lagi,” terang Agus.

Bagi cyclis suami istri Arief Su’aidy dan Sekar Anggraini, even Herbana Bromo KOM Challange 2019 ini adalah pengalaman yang berkesan bagi keduanya. Keduanya tidak menyangka, padahal baru sekitar dua bulan ini coba sepeda Road Bike langsung diajak ikut menikmati siksaan Bromo KOM Challange 2019.

“Yang spesial dan salut untuk isteri saya, satu-satunya cyclis perempuan perwakilan Kalsel yang dengan sabarnya mengayuh pedal sampai ke puncak Wonokitri.
Thanks untuk semua team dan kawan-kawan semua yang selalu support kami,” ungkap Arief.

Bagi Nono Chandra, Bromo KOM tahun ini sangat luar biasa peserta lebih banyak dari event tahun sebelumnya, cuma untuk event kali ini waktu yang agak di batasi finish maksimal 13.30 lewat dari itu peserta tidak mendapat medali, “Bagi saya tidak masalah yang paling penting bisa partisipasi di Bromo KOM sudah sangat senang sekali, mudah-mudahan kami dari Banjarmasin bisa hadir kembali tahun berikutnya,” harap cyclis Patriot tersebut.

Sepakat dengan Nono, Ridhani Rahman, cyclis asal Banjarbaru juga mengaku ketagihan. Awalnya cuma dengar cerita senior nanjak Bromo. Dan ini pengalaman pertamanya mengikuti Bromo KOM Challenge.

“Tanjakan tidak berujung tapi membuat kangen, capek tapi nikmat bikin ketagihan, perlu persiapan extra untuk menaklukkan tanjakan dan bisa bersaing di Bromo KOM Challenge. Semoga tahun depan digelar lagi,” pinta Ridhani.

“Pengalaman pertama ikut event Bromo, kesan yang didapat adalah belajar sabar dan ujian tekat yang kuat untuk menyelesaikan tanjakan. Bikin nagih, tahun depan ikut lagi,” pungkas Haji Adil, cyclis asal Tanjung Tabalong. (Radar Cycling).

Foto – Foto : Dokumen Pribadi/Dewopratomo/ Ratjoen Multimedia/mainsepeda.com for Cyclis Herbana Bromo KOM Challange Kalsel 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *