Touring Fedborners Banjarmasin – Sampit – Banjarmasin
SEMPAT gamang melakukan perjalanan jauh bersepeda dari Banjarmasin menuju Sampit Kalimantan Tengah, akhirnya dua Federalis Federal Borneo (Fedborn) Kifli dan Aspi berhasil menuntaskan touring akhir tahun 2020 kemaren dengan penuh perjuangan dan cerita seru. Sempat berpikir menuntaskan touring lebih awal.
Dimulai tanggal 12 Desember, keduanya start dari rumah masing-masing menuju titik kumpul di kawasan Handil Bakti. Pukul 06.35 Wita start menuju target pertama ke kota Palangkaraya, namun berjalannya waktu keduanya tidak bisa menuntaskan target. Sekitar pukul 17.00 di kawasan Pulang Pisau cuaca tiba-tiba, dan Kifli dan Aspi bergegas untuk mencari tempat berteduh karena hujan, di sebuah bengkel yang sudah tutup untuk istirahat sambil menunggu hujan reda dan menyeduh kopi.
Adzan magrib mulai berkumandang, namun hujan tak kunjung reda, keduanya pun terpaksa berhujan, untuk mencari tempat menginap di hari pertama. Sekitar pukul 19.00 keduanya ketemu kantor kecamatan, dan ketika Aspi meminta ijin kepada penjaga kantornya nasib buruk mulai datang di hari pertama, kata penjaganya tidak bisa menginap disini, padahal mereka cuma ijin pinjam teras depan kantor saja, tidak masuk ke dalam. Padahal hujan sangat deras, terpaksa keduanya melanjutkan perjalanan lagi. Nasib buruk tetap berlanjut, di sekitar desa yang dilewati selalu ditolak untuk pinjam tempat.
Tapi tolakkan masyarakat sekitar membangkitkan semangat keduanya untuk meneruskan perjalanan walau hujan deras dan jalannya sangat gelap tanpa ada rumah warga. Pukul 21.00 waktu Indonesia barat, keduanya akhirnya ketemu sebuah masjid, dan Kipli langsung meminta ijin kepada kaum atau penjaganya. Alhamdulillah keduanya diijinkan untuk menginap.
Hari kedua, keduanya mulai start lagi pukul 08.00, namun entah kenapa dihari kedua tersebut fisik mereka sangat drop, kayuhan pedal cuman 15 -17 per kmnya. Padahal biasanya mampu sekitar 20 km/jam. Seekitar 10 kilometer keduanya harus istirahat, padahal target pitstop di 25 sampai 30 kilometer. Di hari kedua tersebut Kipli sempat berkata mau pulang, namun aspi tetap keras untuk melanjutkan.
“Dari situlah semangat kami mulai tumbuh lagi dan akhirnya melanjutkan perjalanan lagi, dihari kedua kami pukul 17.00 istirahat di salah satu desa sebelum masuk kota Palangkaraya,” ungkap Kifli.
Di hari ketiga, keduanya start pukul 08.00 dengan tujuan Sampit. Cobaan belum berakhir, perjalanan terhambat, pedal sepeda Kipli macet tidak bisa berputar karena pelornya sudah habis atau aus, dan baru menemukan bengkel sekitar satu kilometer.
“Jalan yang kami lalui pun sudah mulai turun naik dan lumayan panjang,
Dan kami mencari masjid lagi untuk beristirahat waktu menunjukkan pukul saat 17.00,” ucap Aspi.
Namun di hari keempat keduanya banyak mendapatkan berkah, ada salah satu teman mereka mengantarin bekal untuk kami di jalan, dan ada juga sopir truck yang memberikan air ketika keduanya lagi gowes. “Mungkin karena kasihan meliat kami bersepeda, alhamdulillah pukul 17.30 kami sampai di kota Sampit dan disambut teman Fedborn, Arul, yang kebetulan kerja di Sampit. Di Sampit kita menginap di rumah keluargnya om Kipli,” terang Aspi.
Hari kelima perjalanan dilanjutkan menuju pantai Ujung Pandaran, jaraknya sesuai google map sekitar 81 kilometer dari titik mereka berada berada. Keduanya pun mulai gowes, dan pukul 13.00 hujan mulai turun lagi serta beristirahat di sebuah masjid. Pukul 14.15 hujan mulai reda, Kifli dan Aspi melanjutkan perjalanan lagi.
“Kami lihat di kilometer sepeda seharusnya udah sampai bila memang cuma 81 kilometer, tapi ujung pantai belum terlihat, kita bertanya kepada warga sekitar kata warga masih jauh kurang lebih 20 kilometer baru sampai,” imbuh Aspi.
Keduanya terkejut mendengar itu, namun apalah daya tujuan belum sampai keduanya harus mengowes lagi. Rasa jenuh sudah mulai timbul, turun dari sepeda karena bosan mengayuhkan lalu keduanya menuntun sepeda kurang lebih 300 meter dan pukul 17.00 keduanya sampai di Pantai Ujung Pandaran.
Di hari keenam pukul 10.00 wita keduanya pulang menuju Sampit, dan dari Sampit ke Palangkaraya Kifli dan Aspi memutuskan loading naik Damri dari pukul 12.00 sampai ke Palangkaraya pukul 05.00 untuk istirahat sejenak. Karena keduanya di hari keenam tidak tidur sama sekali.
Di hari ketujuh, pukul 10.00 keduanya melanjutkan perjalanan dari Palangkaraya menuju Banjarmasin. “Kami pulang melalui jalan Mandomai, di jalan mandomai kita ketemu sama kawan-kawan Spirit Bike Pulang Pisau.
Tepat adzan magrib kami sampai di fery penyeberangan, tidak jauh dari turun fery tadi kami trouble lagi ban belakang aspi kebocoran posisinya yang tidak memungkinkan karena tidak ada rumah warga kanan kiri cuma hutan, padahal waktu menunjukan pukul 19.00, terpaksa kami menganti ban dalam dan menemukan lempingan besi yang menancap di ban,” cerita Kifli.
Keduanya gowes lagi, namun sekitar 100 meter ban dalam yang baru kita ganti mengalami bocor lagi. Di perumahan warga, mereka kembali menganti ban dalam dan melanjutkan perjalanan. Sesampai di Kapuas keduanya dijemput Rony, salah satu anggota GOROCK (Gowes Rock Kapuas) dan diajaknya ke Level Cafe salah satu milik anggota gorock. Istirahat sejenak sambil menyantap makanan yang sudah disediakan Izonk owner Level Cafe.
Di hari kedelapan, pukul 11.40 keduanya melanjutkan perjalanan menuju Banjarmasin, dan tiba di Banjarmasin pukul 02.30 Wita. Tuntaslah rencana bikepacking Kifli dan Aspi 1000 kilometer. Walau pulangnya harus loading, sehingga total kilometer hanya 728 kilometer, ini juga dikarenakan ijin kerja yang sudah habis.
Saran keduanya bagi kawan- kawan yang ingin bikepacking untuk jarak yang jauh, cukup 100 kilometer perhari pitstop, antara 25 sampai 30 kilometer, agar stamina di hari berikutnya masih normal.
“Bisa kita paksakan lebih, namun dihari berikutnya akan drop, apa lagi kita pulang pergi gowes. Ini pengalaman kami, dan jangan lupa bulatkan tekat kuatkan mental agar kuat menahan semua cobaan yang kita hadapi, jangan lupa sholat lima waktu tetap terjaga bagi yang muslim,” pungkas Kifli. (Aspi/Odienk/Radar Cycling).
Foto-foto : Aspi/Kipli for Radar Cycling