Happy- Happy Nanjak Loksado

Roadbike

NOS Cycling Community Gowes Alam Kandangan-Loksado.

BERSEPEDA Uphill atau menanjak ke Loksado akhir-akhir ini makin menjadi trend bagi goweser atau cyclis di Kalimantan Selatan. Bukan hanya ingin menjajal kemampuan menaklukan “sadisnya” rute menanjak menuju salah satu kawasan wisata di Desa Lok Lahung Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan tersebut, tapi juga bagian dari refresing atau menikmati pesona pegunungan Maratus selama perjalanan.

Kali ini beberapa cyclis dari NOS Cycling Community Banjarbaru yang giliran menikmati sajian pesona alam Loksado, Sabtu, 6 Juli kemaren. Perjalanan ini diberi titel Gowes Alam Kandangan – Loksado. Keenam cyclis tersebut adalah Ahmad Solhan (Coan), Edy Santosa, Hidayat, Muhammad Yahya Bintang, Aditya Tri Nugraha dan Ahmad Rizki.

Gowes ini sebenarnya hanya gowes happy-happy dan enam cyclis ini memutuskan start dari Kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan menuju Kecamatan Loksado dan kembali lagi ke Kota Kandangan (PP).

“Kami pleton loading, gowes dari Kandangan menuju Loksado dan kembali lagi ke Kandangan, total sekitar 71 KM jarak yang kami tempuh,” terang Ahmad Rizki, salah satu cyclis NOS.

Keenamnya memang memutuskan loading dengan tujuan awal menikmati suasana sejuknya pagi Loksado dan tentunya sekalian menguji kemampuan uphill tanjakan-tanjakkan maupun turunan yang ada sepanjang rute menuju Loksado.

“Speed gowes ceria aja, yang penting lulus di bagian tanjakan sambil menikmati suasanya sejuknya pagi hari, pemandangan alam yang luar biasa dan yang pasti enjoy riding tanjakan dan meluncur di turunan,” jelas Rizky.

Ya, menu gowes kali ini menurut Rizky mantap. Bersepeda versi Grand Fondo (GF) ke Loksado sudah pernah dia rasakan, tapi kali ini berbeda sensasinya. Ini under GF, cuma Kandangan ke Loksado dan balik lagi ke Kandangan.

Asiknya merasakan sejuk pagi pegunungan, pemandangan alam lebih amazing, stamina lebih oke buat menikmati tanjakan, konsentrasi dan mental lebih fit melahap tanjakan dan turunan (jalur rolling). “Jadi sangat cocok buat goweser yang mau menikmati alam Loksado di pagi hari, sambil menjajal tanjakan dan melahap turunan,” terang Rizky.

Menurut Rizky lagi, tanjakan-tanjakan arah Loksado penuh misteri, sehingga membuat para goweser terpesona akan keindahan alamnya saat perjalanan nanjak gunung tersebut.

Seperti memandang pesona Gunung Kentawan yang terletak di Kecamatan Loksado.Kawasan hutan Gunung Kentawan adalah merupakan salah satu dari tipe ekosistem yaitu ekosistem karst yang berfungsi sebagai hidro-orologis pegunungan Maratus. Kawasan Hutan Gunung Kentawan merupakan habitat alami bagi satwa-satwa liar yang dilindungi diantaranya bekantan, owa-owa, kancil dan berbagai jenis burung.

“Perjalanan nanjak Loksado bukan untuk ditaklukkan, namun untuk dinikmati. Kami para goweser sangat bersyukur bisa nanjak sekaligus menikmati keindahan alamnya,” pungkasnya.

Kandangan – Loksado memang hanya 40 Kilometer. Tetapi mental benar-benar diuji. Bagi penghoby sepeda, Loksado memang menjadi salah satu rujukan bagi mereka yang ingin menguji nyali sekaligus ajang latihan. Rute on roadnya sama-sama menjanjikan, ngeri-ngeri sedap. Bagi yang suka tanjakan atau rolling, Loksado memang pas. Para cyclis yang biasa mengikuti ajang sepeda menanjak selalu menjadikan rute Kandangan – Loksado sebagai salah satu pilihan rute wajib untuk latihan.

Gowes ke kawasan Loksado dimanjakan dengan banyaknya rolling. Tanjakan plus turunan namun sebenarnya sama-sama menguji nyali. Dan benar setelah menjalani rute yang flat sepanjang 2 kilometer dari Kandangan, jalan mulai menanjak walau kemiringan berkisar 5 sampai 6 persen konstan. Rolling (tanjakan dan turunan) pendek-pendek jadi “hiburan” atau “bonus”.

Memasuki 10 kilometer terakhir “siksaan” makin menjadi. Beberapa tanjakan kawasan Kumpah, Halunuk, Lumpangi, Panggungan, serta tanjakkan Batu Bangkai dan Ajung Desa di desa Hulu Banyu benar-benar menguras fisik goweser.

Bersepeda ke Loksado bagi cyclis seperti Ahmad Solhan, masih menyimpan misteri. Menurutnya sepanjang perjalanan dalam hatinya ada perasaan rindu ingin atau tidak ingin berpisah dengan keindahan alamnya, namun begitu sampai pada tanjakannya, alamnya serasa tersenyum melihat goweser yang mengap-mengap seperti ikan mujair yang seolah-olah “mencari” oksigen.

“Untuk para cyclis janganlah kamu berpikiran untuk menaklukkan tanjakan di Loksado, kamu pasti akan kalah. Kalah dalam artian kamu tidak dapat merasakan keindahan alamnya. Tapi nikmatilah setiap tanjakan. Insya Allah kamu akan dapat merasakan keindahan alamnya hingga kamu bersyukur kepada Allah sang pencipta alam semesta ini khususnya alam Loksado yg indah ini,” ungkap cyclis yang akrab dipanggil Coan tersebut.

Sama halnya yang diungkapkan Muhammad Yahya Bintang, cyclis berusia 13 tahun tersebut mengaku sangat terkesan dengan tantangan bersepeda ke Loksado. Ini adalah pertama baginya.

Sangat senang karena kali pertama saya ke loksado dengan menggunakan sepeda. Medannya cukup berat, tanjakannya sangat miring, walaupun sangat lelah saya sangat senang karena setelah sampai di Loksado. Pemandangan indah yang membayar lelah saya,” aku Bintang. (Radar Cycling).

Foto – Foto : Dokumen NOS for Radar Cycling

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *